TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriyatna soal kualitas helikopter buatan PT Dirgantara Indonesia menuai kecaman.
Anggota Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat Tubagus Hasanuddin mengatakan, KSAU Agus telah menghina industri dalam negeri dengan menyatakan Dirgantara tidak mampu memproduksi alat utama sistem persenjataan dalam negeri. "Dia Komisaris PT Dirgantara, malah menjelekkan perusahannya," katanya kepada Tempo via pesan pendek pada Minggu, 29 November 2015. "Pernyataannya menghina industri dalam negeri."
Semua bermula dari pengumuman TNI AU akan mendatangkan tiga helikopter AW-101/AgustaWestland buatan Inggris-Italia pada 2016-2017. Heli ini untuk kebutuhan tetamu VIP, termasuk dari negara asing dan Presiden Joko Widodo.
Baca juga:
Kerlip Lampu Hijau di Bulan, Tanda Ada Kehidupan UFO?
Kasus Novanto: Mahkamah Rapat Hari Ini, Masih Ada Bola Liar?
Kritik langsung datang karena Dirgantara sudah bisa membuat EC 225/Cougar, generasi terbaru dari heli Super Puma yang sudah dipakai TNI AU sejak tahun 1990-an. AU beralasan Super Puma sudah terlalu tua sehingga diganti dengan Agusta. Pembelaan terhadap industri dalam negeri dan kualitas serta ongkos Cougar yang lebih unggul dari Agusta menjadi alasan kritik terhadap TNI AU dan Kementerian Pertahanan.
Kepada Liputan6.com pada Jumat, 27 November 2015, Agus menyangsikan kualitas helikopter buatan Dirgantara, karena perusahaan tersebut tidak memiliki prestasi di bidang pembuatan alutsista. "Coba saja lihat PT DI itu seperti apa. Jangan semua suruh beli dari PT DI, ini politisasi. Kami mengajukan helikopter sesuai dengan hasil kajian, kami user-nya dan mengkaji sesuai spec-tech. Kalau nanti helikopternya ada apa-apa bagaimana? Siapa yang mau disalahkan?" ujarnya.
Agus juga membeberkan kekurangan Dirgantara yang hingga saat ini, TNI AU baru menerima 9 dari 16 unit helikopter Super Puma yang dipesan saat perancangan Rencana Strategis TNI periode 2009-2014 dan 2014-2019. Proses produksi yang tidak tepat waktu dinilai mengganggu proses operasional TNI AU. “Saya rasa bikin sayap saja (PT DI) tidak bisa."
Hasanuddin menampik penjelasan KSAU Agus yang juga Komisaris Utama Dirgantara. Menurut Punawirawan Mayor Jenderal TNI AD itu, Agusta hanya digunakan oleh empat kepala negara di dunia. “Helikopter EC 225/Cougar buatan PT Dirgantara Indonesia sudah dipakai 32 kepala negara dan kerajaan,“ ujar Hasanuddin, politikus PDI Perjuangan. "Mengapa Indonesia tidak bangga dengan produk dalam negeri?"
HUSSEN ABRI YUSUF
Baca juga:
Kerlip Lampu Hijau di Bulan, Tanda Ada Kehidupan UFO?
Kasus Novanto: Mahkamah Rapat Hari Ini, Masih Ada Bola Liar?