TEMPO.CO, Jakarta - Satu tahun pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo diwarnai sejumlah kegaduhan. Dari perseteruan dengan partai pengusung dan oposisi hingga soal kebijakan pencabutan subsidi bahan bakar minyak. Berikut ini wawancara Tempo dengan Presiden Joko Widodo. Wawancara lebih lengkap bisa dibaca pada majalah Tempo edisi Senin ini.
Bagaimana penilaian Anda setelah setahun menjalankan pemerintahan?
Biasa saja. Tapi, sejak dulu di wali kota, gubernur, memang tahun awal yang tersulit, tapi sekaligus menjadi yang terpenting untuk menuju hal-hal berikutnya.
Masalah yang paling menyita waktu?
Perlambatan ekonomi global. Krisis Yunani, Federal Reserve menaikkan suku bunga, lalu ada depresiasi yuan di Cina. Pengaruh dari sana kemudian memperlambat pertumbuhan ekonomi kita.
Pengalihan subsidi BBM menjadi keputusan yang terberat?
Berat karena kenyamanan itu sudah dinikmati rakyat terlalu lama. Kemudian diputus. Tadinya tiap hari dibakar, dikonsumsi, (kemudian) menjadi hal yang produktif.
Mengapa menjadi yang terberat?
Tidak populer kan. Pasti banyak yang tidak senang. Ketidakpuasan yang terjadi sekarang, menurut saya, ada dua. Pertama, pengalihan subsidi BBM. Kedua, perlambatan ekonomi. Dan itu sudah kita hitung. Mumpung di awal, ya, risiko itu kita ambil.
Anda memilih mengambil risiko?
Kalau tidak, tidak ada ruang fiskal untuk bangun jalan, tol, jalur kereta api, pelabuhan. Enggak ada anggaran kita, APBN kita sudah kelihatan kok.
Dampaknya sudah sesuai dengan perkiraan?
Sudah dihitunglah. Tapi memang yang tidak kita hitung adalah masalah kurs, perlambatan ekonomi global.
Dalam bidang ekonomi, masih sesuai dengan prediksi Anda?
Ya. Pada triwulan ketiga atau keempat, pertumbuhan ekonomi akan merangkak naik.
Program listrik 35 ribu megawatt masih diragukan banyak pihak....
Itu bukan target, itu perhitungan kebutuhan dan memang harus. Tugas menteri itu menyelesaikan, mencarikan solusi untuk mencapai target. Tugas menteri jangan malah menurunkan target.
Baca juga:
Deal Microsoft : Kenapa Jokowi Bisa Ulang Kesalahan SBY?
Dewie Limpo Terjerat Suap: Inilah Sederet Fakta Mengejutkan
Bisa terealisasi?
Kita lihat akhir tahun. Kalau target saya 10-11 ribu terealisasi akhir tahun, berarti bisa. Kalau ndak, ya, kita harus lihat lagi, kita harus punya plan B, plan C, seperti apa.
Bagaimana realisasi poros maritim?
Ini kan rencana besar. Kita baru bangun pelabuhan besarnya dulu. Misalnya di Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Tanjung Perak. Kalau pelabuhan besarnya sudah jadi, sekitar 3,5 tahun, barulah kita bicara kapalnya.
Kalau sudah ada kapal besarnya wira-wiri, itu yang saya bilang sebagai pendulumnya. Kemudian dari pelabuhan besar tadi, ke pelabuhan sedang, ke pelabuhan kecil ke semua pulau. Barulah manajemen distribusi logistik lebih baik. Transportasi laut dan harga barang akan lebih murah.
Harus menunggu tiga tahun?
Lho, ini pekerjaan besar.
Selanjutnya: Kenapa membiarkan “perbedaan” antarmenteri ?