TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan upaya pencarian jemaah haji Indonesia yang hilang di Mina terhalang oleh kebijakan pemerintah Arab Saudi. "Terus terang petugas kami tidak leluasa mendapatkan informasi di rumah sakit dan tempat jenazah karena penjagaan ketat sekali," katanya saat dihubungi, Ahad, 27 September 2015.
Menurut Lukman, kesulitan memperoleh akses tidak hanya dialami petugas haji Indonesia. Negara-negara lain yang jemaahnya menjadi korban juga merasakan hal serupa. "Akses untuk dapat informasi tidak mudah, baik secara formal maupun informal," ujarnya.
Petugas haji Indonesia, Lukman mencontohkan, baru bisa melihat tumpukan jenazah korban insiden lempar jumroh di Mina pada Jumat lalu. Petugas harus mengidentifikasi sendiri untuk mengetahui adanya korban asal Indonesia. "Tanda pengenal berupa gelang dan tas kecil sudah tidak ada karena terlepas. Kami harus menduga dari raut wajah para korban," ujarnya.
Lukman mengatakan pemerintah Saudi bahkan sampai hari ini belum mengeluarkan data para korban insiden Mina. "Siapa namanya, dari negara mana, itu tidak ada."
Berdasarkan data terbaru yang dihimpun panitia penyelenggara haji Indonesia, sebanyak 90 anggota jemaah dinyatakan belum ditemukan di Mina.
Lukman mengatakan petugas haji Indonesia terpaksa memakai segala cara untuk mencari jemaah yang belum ditemukan tersebut. "Petugas kami meyakinkan petugas Saudi di setiap rumah sakit atau tempat pengumpulan jenazah. Bagaimana agar petugas kami bisa ikut masuk ke tempat-tempat yang ada jenazah."
Menurut Lukman, cara pencarian secara informal ini memang tidak selalu berbuah hasil. "Sangat tergantung oknum petugas (Saudi) yang berjaga saat itu. Sangat tergantung situasi di lapangan," ucapnya.
MAHARDIKA SATRIA HADI