TEMPO.CO , Medan:Rektor UIN Sumatera Utara Nur Ahmad Fadhil Lubis menyatakan bahwa pihak kampus sudah tidak sanggup lagi mendidik Tuah Aulia Fuadi, sehingga memutuskan untuk memberhentikannya sebagai mahasiswa.
"Dikembalikan kepada orang tuanya untuk dibina, karena kampus sudah tidak mampu mendidiknya lagi," katanya, Sabtu, 26 September 2015. Mahasiswa semester V Jurusan Ahwal Al Syakhshiyah Fakultas Syari'ah, UIN Sumatera Utara itu dipecat sebagai mahasiswa karena tulisan dia di laman facebook dianggap menghina Islam dan Al-Quran.
Sebelum dikembalikan ke orangtuanya, komite disiplin kampus sudah berulang kali menegur dan memberi sanksi Tuah. "Namun Tuah tak pernah mengindahkannya," ujar Fadhil. Rektorat, ujar Fadhil, juga sudah menghubungi orang tua Tuah untuk membicarakan masa depan Tuah dan masalah yang dihadapinya. "Jadi intinya, kami pulangkan kepada orangtuanya untuk dibina dan selamanya tidak bisa kuliah di UIN Sumut lagi."
Menurut Nur Ahmad, mantan mahasiswanya itu sudah terlalu banyak melakukan pelanggaran. Tuah pernah melempar Al-Quran di hadapan mahasiswa baru di masa orientasi dan pengenalan kampus. "Tuah memanfaatkan ajang orientasi kampus untuk mendoktrin mahasiwa baru dengan ide dan pemikirannya. Itu salah besar dan melanggar etika dan disiplin di UIN," ujarnya.
Baca juga:
Jokowi Pakai Topi Gaul 62, Mau Tiru Gaya Rappe J-Flow?
Heboh Kain Kafan Berpita Merah dalam Peci Hantui Pilkada
Tuah juga mendapat banyak kecaman di media sosial karena tulisannya di Facebook yang dianggap menghina Alquran. Berikut sejumlah kutipan tulisan Tuah yang dianggap bermasalah: "Dahulu dizaman rasul, al QURAN itu hadir dalam wajah jelek (tampil di kulit kambeng) udah lah kepalanya botak (tak berbaris) beraroma busuk pula lg itu (yg pastinya bau bangkailah). Dahulu Alquran itu memang parah, kehadirannya primitif, beda dengan sekarang. Alquran yg sekarang sudah maju secara profresif. Ia tampil dlm wajah tampan (di buku)."
Tuah juga mempermasalahkan penafsir tunggal Rasul. Dia menulis. "Penafsiran itu hanya rasul dan itu pun satu. sekarang ia sudah mati jd penafsir tunggal itu sdh ga ada lg. Yg sebaiknya Alquaraan itu direvisi saja. Minimal kembalikan saja urusan itu ke Negara, Biar negara saja yg merelevansikannya sesuai dengan kebutuhan zaman dan peradaban umat yg lebih progresif, modernis, teknologis dan teknogratis."
Namun langkah UIN Sumatera Utara memecat Tuah itu diprotes oleh HMI Sumatera Utara. "Kalau pun ada yang salah dari Tuah, seharusnya pihak Kampus UIN tak main pecat. Kampus itu penuh dengan dinamika diskusi dan berbagi ilmu dan pemahaman," Ketua Badko HMI Sumut Anggia Ramadhan.
Hingga tulisan ini dibuat, Tuah tak bisa dihubungi. Nomor telepon selularnya tidak aktif. Menurut Anggia, kemungkinan Tuah sudah pulang ke kampung halamannya.
SAHAT SIMATUPANG
Baca juga:
Bulan Darah 28 September 2015, Inilah yang Bikin Menakutkan
Kasus Muncikari Artis ke Jaksa: Dari 80 Wanita, AS Termahal