TEMPO.CO, Jakarta - Menurut catatan sejarah, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII, merupakan salah satu elemen mahasiswa yang memiliki cita-cita untuk membawa perubahan positif bagi Indonesia di masa depan. Meskipun begitu, saat ini masih banyak yang belum mengenal dengan baik tentang PMII. Bahkan di kalangan mahasiswa di Indonesia, tidak semua orang mengetahui tentang eksistensi PMII ini.
PMII lahir dari 'rahim' Departemen Perguruan Tinggi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). PMII berdiri pada tanggal 21 Syawal 1379 H atau 17 April 1960. Ide lahirnya PMII ini berawal dari keinginan dan aspirasi yang kuat pada kalangan mahasiswa NU. Pada mahasiswa ini ingin mendirikan organisasi yang menjadi wadah dan aktivitas mahasiswa NU di Perguruan Tinggi Islam maupun umum.
Alasan Berdiri dan Tugas PMII
- Pada masa itu, sistem pemerintahan dan hukum tidak stabil.
- Situasi politik Indonesia semakin kacau pada periode 1950-1959.
- NU memutuskan untuk berpisah dari Masyumi.
- Banyak mahasiswa NU yang tergabung dalam HMI namun diabaikan.
- HMI memiliki hubungan dekat dengan salah satu partai politik di mana Masyumi juga berada di dalamnya.
Dikutip dari Nu.Online, Berbicara mengenai tanggung jawab, merupakan tugas yang berat yang harus dipikul oleh anggota pergerakan, mengingat bahwa perubahan yang diupayakan tidaklah selalu mudah diterima oleh masyarakat. Bahkan, menjadi tantangan bagaimana membuat masyarakat mempercayai pergerakan tersebut.
Sejarah menunjukkan bahwa anggota pergerakan memiliki peran sebagai penampung aspirasi rakyat, menjadi garda depan dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. Oleh karena itu, penting untuk menempatkan label yang sesuai bagi anggota pergerakan.
Namun, kenyataannya, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia cenderung lebih sering terlibat dalam aksi turun ke jalan, sehingga anggota pergerakan lebih dikenal sebagai kelompok yang cenderung anarkis daripada sebagai kritikus yang konstruktif. Hal ini menjadi perhatian karena seharusnya anggota pergerakan dikenal dengan intelektualitasnya, namun kenyataannya terlihat sebaliknya.
Masyarakat sering kali hanya melihat bagian permukaan dari perjuangan pergerakan, sehingga asosiasi pertama yang muncul ketika mendengar PMII adalah "organisasi pendemo". Hal ini mungkin disebabkan oleh fokus beberapa individu pada hal-hal yang lebih dramatis, sehingga informasi yang berkualitas menjadi terpinggirkan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi anggota pergerakan untuk melakukan introspeksi mengenai tanggung jawab sosial yang diharapkan oleh masyarakat, serta bagaimana PMII dapat dipercaya oleh masyarakat. Penting untuk menghindari situasi di mana anggota pergerakan kehilangan identitas karena kebingungan mengenai tujuan pergerakan itu sendiri.
Tiga poin penting tentang tanggung jawab seorang kader PMII:
- Pentingnya menjalankan rutinitas keagamaan serta mengasah kecerdasan spiritual dalam konteks keyakinan kepada Allah SWT.
- Kader PMII memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan kecerdasan intelektual, dengan mengembangkan literasi keilmuan dan intelektualitas agar dapat menyumbangkan gagasan-gagasan yang konkret dalam berkontribusi di tengah masyarakat.
- Kader PMII diharapkan dapat mengasah kecerdasan emosional, yaitu dalam menjalin hubungan sosial horizontal antara sesama kader dan para alumni.
Pilihan Editor: 64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim Terhadap Situasi Politik