TEMPO.CO, Bengkulu – Berpakaian adat Bengkulu, empat mahasiswa anggota Kelompok Aktivitas Mahasiswa Pecinta Alam (Kampala) Universitas Bengkulu mengabarkan rusaknya hutan tropis Sumatera di puncak Gunung Elbrus, Rusia, Selasa, 22 September 2015.
Di ketinggian 5.642 meter dari permukaan laut (mdpl), Adnan Hidayat Hasibuan, 25 tahun, Herydupen Malau (23), Ardi Pangestu (23), dan seorang leader Discoman Andalas (39), juga mengingatkan masyarakat dunia tentang pentingnya penyelamatan hutan hujan tropis Sumatera.
"Tidak akan ada puncak gunung es di dunia ini jika masyarakat tidak menyelamatkan hutan tropis Sumatera yang menjadi paru-paru dunia. Penyelamatan hutan tropis menjadi salah satu kunci kelestarian puncak-puncak gunung tertinggi di dunia," kata Diskoman Andalas atau akrab disapa Koko, melalui siaran persnya, Rabu, 23 September 2015.
Menurut Koko, kerusakan hutan hujan Sumatera tidak saja mengancam puncak-puncak gunung es di dunia, tapi juga gletser di kutub, yang bisa berdampak terhadap pemanasan global. Penyelamatan hutan hujan tropis dengan menghentikan alih fungsi hutan menjadi perkebunan dan pertambangan dapat menyelamatkan kehidupan di muka bumi.
"Kerusakan hutan hujan Sumatera yang semakin parah akhir-akhir ini mempercepat perubahan iklim dunia. Hutan hujan Sumatera bukan saja tanggung jawab masyarakat Sumatera dan Indonesia, namun milik dunia," jelasnya.
Herydupen Malau, pendaki lain, mengatakan salah satu dari tujuh puncak dunia, yaitu Gunung Kilimanjaro, Afrika, telah kehilangan 85 persen lapisan gletsernya sejak 1912. Hal tersebut diungkapkan para periset dari NASA Earth Observatory dalam Proceedings of the National Academy of Science, 2009. Menurut peneliti, es yang berada di puncak gunung tersebut terlihat menyusut dan diperkirakan akan hilang total di sekitar 2060.
Program pendakian ke Elbrus direncanakan selama delapan hari. Tim pendaki dilepas oleh Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah pada Kamis, 10 September 2015. Pendakian ke Elbrus sendiri dimulai sejak, Kamis, 17 September 2015.
PHESI ESTER JULIKAWATI