TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mempertimbangkan untuk menempatkan anak-anak para pengungsi Rohingya di pesantren. Opsi lain adalah mengasuh mereka ke Rumah Perlindungan Sosial Anak Kementerian Sosial.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan sudah membahas kemungkinan tersebut dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Kementerian Luar Negeri. Bahkan dia mengklaim sudah ada beberapa pesantren yang menawarkan kesediaannya. "Seperti di Cicurug, Sukabumi; Malang; Pasuruan; dan Bojonegoro," ujar Khofifah di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Senin, 25 Mei 2015.
Para pengelola pesantren, ucap Khofifah, menyatakan siap jika ada anak yatim piatu yang mau ditampung di tempat mereka. Namun, sebelum memastikan langkah tersebut, Kementerian Sosial akan berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan serta Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan.
Ratusan penduduk minoritas muslim Rohingya Myanmar dilaporkan telah dibunuh dan ratusan ribu lain mengungsi ke Negara Bagian Rakhine, Myanmar barat, sejak 2012. Dari situ, mereka kemudian melarikan diri ke luar negeri untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Kebanyakan dari mereka mengungsi ke negara-negara dengan penduduk mayoritas muslim di Asia Tenggara, antara lain Indonesia dan Malaysia. Pada Rabu pekan lalu, pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat menampung para pengungsi Rohingya.
Tak hanya berencana menampung para pengungsi di pesantren, pemerintah Indonesia juga mempertimbangkan melakukan reunifikasi para pengungsi. Apalagi saat ini banyak dari mereka yang terpisah jauh dari anggota keluarganya.
Bahkan, tutur Khofifah, untuk membahas reunifikasi, Menteri Luar Negeri Indonesia sudah berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri Malaysia. Untuk mendukung upaya reunifikasi, pemerintah akan meminta bantuan komunitas internasional. "Apalagi di Indonesia jumlah pengungsinya sudah sekitar 11.300 orang, tak hanya dari Asia saja," katanya.
FAIZ NASHRILLAH