TEMPO.CO, Yogyakarta - Gas elpiji bersubsidi ukuran tiga kilogram kosong di sejumlah pangkalan dan pengecer di Yogyakarta. Pengelola pangkalan gas elpiji tiga kilogram di Bantul, Zahrowi, mengatakan sebanyak 75 tabung gas elpiji bersubsidi yang ia jual habis diserbu konsumen dalam waktu 15 menit. “Konsumen mengantre sejak sepekan lalu,” kata dia, Selasa, 19 Mei 2015.
Zahrowi menyatakan setiap pengecer dan rumah tangga kini hanya dilayani satu tabung supaya merata. Padahal, sebelumnya, dia bisa menjual dua hingga tiga tabung kepada pengecer.
Pangkalan miliknya selama ini mendapat jatah sebanyak 75 tabung dari agen setiap pekan. Sebanyak 80 persen dijual ke konsumen rumah tangga, sisanya ke pengecer. Setiap satu tabung gas elpiji bersubsidi itu ia jual Rp 17 ribu.
Dia berpandangan, operasi pasar yang Pertamina lakukan untuk menekan lonjakan harga beberapa waktu lalu dampaknya kecil. Sebab, itu tidak sesuai dengan kebutuhan sesungguhnya masyarakat terhadap gas elpiji tiga kilogram. Ia juga mengkritik pemerintah yang belum menerapkan sanksi bagi kalangan yang menjual gas elpiji hingga Rp 20 ribu ke atas.
Zahrowi meminta pemerintah meninjau ulang aturan dan distribusi gas elpiji. “Ada permainan bagi yang punya akses. Ini tidak adil,” katanya.
Gas elpiji yang kosong juga dikeluhkan Rumi, pengelola pangkalan elpiji bernama Agata, di Kecamatan Kasihan, Bantul. Dia kewalahan melayani pengecer dari berbagai tempat mendatanginya, membeli gas bersubsidi. “Sekarang tidak ada barangnya,” kata Rumi.
Ia mengatakan, tingginya permintaan gas melon itu terjadi sejak 10 hari lalu. Rumi harus bersusah payah mengatur, agar semua konsumen kebagian. Setiap pekan, dia mendapat jatah sekitar 50 tabung gas elpiji ukuran tiga kilogram.
Gas elpiji tiga kilogram di sejumlah minimarket dan toko pengecer di Yogyakarta juga kosong. Penjual memasang kertas bertuliskan gas habis, pada tabung gas melon.
Juru bicara PT Pertamina (Persero) Bagian Pemasaran Pertamina Daerah Operasi IV
DIY-Jateng, Roberth M.V. Dumatubun, meminta masyarakat mewaspadai penyalur tidak resmi gas elpiji yang menjual gas elpiji dengan harga tinggi. Menurut dia, para spekulan biasanya memanfaatkan isu kelangkaan untuk mendapatkan keuntungan lebih.
Pertamina telah melakukan operasi pasar untuk mengatasi lonjakan harga itu. Ketika operasi pasar berjalan, Pertamina membuat persyaratan, menggunakan identitas resmi. Pembelian gas elpiji juga dibatasi agar tepat sasaran, dan langsung kepada konsumen rumah tangga.
Hasil operasi pasar itu adalah penyerapan gas elpiji tiga kilogram sangat rendah. Sebab, konsumen rumah tangga belum perlu membeli gas elpiji. Selain itu, pengecer tidak bisa memborong elpiji dengan persyaratan yang harus lampirkan.
“Pertamina akan memberikan sanksi tegas bagi penyalur resmi elpiji tiga kilogram, yang terbukti melayani pengecer yang mempermainkan harga,” katanya.
SHINTA MAHARANI