TEMPO.CO, Pacitan- Presiden RI periode 2004-2009 dan 2009-2014, Susilo Bambang Yudhoyono, mengatakan seorang pemimpin harus mampu beradaptasi dengan perubahan politik yang berlangsung dalam setiap masa. Hal itu disampaikannya saat berpidato di hadapan Bupati Pacitan Indartato, forum pimpinan daerah Pacitan, rekan SBY, dan guru yang mengajarnya di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.
Pertemuan itu berlangsung di pendapa Pemerintah Kabupaten Pacitan, Selasa malam, 10 Maret 2015. "Pemimpin yang bisa beradaptasi dengan nilai-nilai baru, insya Allah, akan bisa bertahan. Pemimpin yang tidak bisa beradaptasi dengan perubahan akan sulit bertahan," kata SBY.
Selama menjadi Presiden Indonesia selama sepuluh tahun terakhir, ia mengatakan banyak tantangan yang dilaluinya. Sebab, era reformasi, demokrasi, dan transformasi sama-sama sedang berjalan. Bahkan kebebasan terus berkembang selama kurun waktu tersebut.
Pada masa sekarang dan mendatang, kata SBY, tantangan yang dihadapi kepala negara bakal kian meningkat. "Menjadi presiden bukan hanya harus sangat sabar, bukan hanya harus tegar, bukan hanya harus kuat menghadapi tantangan di era politik yang sering gaduh. Tapi pemimpin harus tetap bekerja mencapai tujuan yang dikehendaki bangsa ini," kata SBY.
Sebelum berpidato, SBY, yang datang ke Pacitan bersama Ani Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono, mendapat sambutan dari sejumlah pelajar. Mereka memperagakan sejumlah tarian tradisional Jawa dan menyanyikan lagu ciptaan SBY.
Dalam kesempatan itu pula ia melihat-lihat batu akik dan kain batik produksi perajin Pacitan yang dipamerkan di pendapa kabupaten.
SBY berkunjung ke Pacitan, yang merupakan tempat kelahirannya, selama tiga hari, dari Selasa lalu hingga Kamis pekan ini. SBY memiliki sejumlah agenda dalam kunjungan ini. Di antaranya berziarah ke makam almarhum ayahnya, R Soekotjo, di Taman Makam Pahlawan Bunga Bangsa, melihat-lihat akik Pacitan, dan menemui teman sekolah dan gurunya semasa SD hingga SMA.
NOFIKA DIAN NUGROHO