TEMPO.CO, Madiun - Pencarian terhadap Irfan Nur Ramadan, 20 tahun, wisatawan yang tenggelam di Pantai Klayar, Desa Sendang, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, masih terus dilakukan. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan Tri Mudjiharto menjelaskan, pencarian dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri atas personel BPBD, kepolisian, dan TNI serta warga. "Pencarian dengan cara memantau dan menyisir tepian pantai," katanya saat dihubungi Tempo, Jumat sore, 13 Februari 2015.
Menurut dia, pencarian dilakukan dari daratan karena dasar pantai penuh dengan batu karang, sehingga menyebabkan perahu karet rawan bocor. Apabila tubuh korban sudah kelihatan terapung, petugas baru menurunkan perahu. "Salah satu kendalanya, selain ombak yang besar, ya, batu karang itu," ujarnya.
Irfan adalah warga Kelurahan Baciro, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta. Dia tenggelam pada Kamis sore, 12 Februari 2015. Saat itu, korban bersama tiga temannya yang sama-sama mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, berenang di pantai. Tiba-tiba ombak besar menggulung dua di antara mereka. Irfan terseret ke tengah pantai. Adapun Eko, temannya, berhasil menyelamatkan diri.
Kepala Kepolisian Sektor Donorojo Ajun Komisaris Mochamad Syamsul mengatakan rombongan korban datang ke Pacitan dengan mengendarai sepeda motor. Setelah kendaraan mereka terparkir, tiga dari empat mahasiswa itu langsung ke pantai untuk berenang. "Menurut informasi, sebenarnya Irfan bisa berenang, tapi tidak mampu melawan ombak," ujar Syamsul.
Setelah korban ditelan ombak, warga yang berada di sekitar lokasi kejadian berusaha melakukan pencarian dengan cara berenang. Namun usaha itu tidak membuahkan hasil. "Keluarga sudah datang ke lokasi kejadian semalam. Sampai saat ini mereka juga masih menunggu di sana (Pantai Klayar)," ujar Syamsul.
Pantai Klayar merupakan salah satu obyek wisata andalan Pacitan. Jaraknya sekitar 35 kilometer dari Kota Pacitan. Pantai ini memiliki ikon semburan air laut yang keluar dari celah batu karang yang biasa disebut sebagai "seruling samudra".
NOFIKA DIAN NUGROHO