TEMPO.CO, Pangkalan Bun - Spanduk besar berukuran 1 X 5 meter bertuliskan "Kawasan Bebas Rokok" menyambut siapapun yang datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Spanduk biru dengan tulisan hitam tebal yang warnanya mulai pudar ini dipasang tepat di atas tembok paviliun Unit Gawat Darurat yang terletak di sayap kiri rumah sakit, tepat menghadap pintu gerbang masuk rumah sakit.
Di bagian dalam, spanduk senada dengan ukuran lebih kecil, stiker, hingga mural-mural yang berisi imbauan untuk tidak merokok di rumah sakit tersebar di beberapa lokasi. Bahkan di selasar utama rumah sakit, tercatat pesan-pesan larangan merokok dipasang setiap 15 meter sekali. Isi pesannya bermacam-macam seperti, "Merokok Merugikan Anda dan Orang-orang di Sekitar Anda," lalu "Orang Sehat tak Suka Berada di Sekitar Perokok," sampai "Merokok Mengambil Hak Udara Segar Orang Lain."
Tapi aneka imbauan dan larangan itu seakan tak berlaku sejak rumah sakit terbesar di Pangkalan Bun itu dijdikan pusat penanganan jenazah korban kecelakaan AirAsia di perairan Pangkalan Bun. Kesibukan di sini seakan tak berjeda, Sejak Selasa, 28 Desember 2014 lalu, hingga Sabtu, 3 Januari 2015 jenazah korban yang berhasil dievakuasi terus berdatangan dan dibawa pergi kembali menuju Surabaya. Ratusan orang seperti tim SAR, polisi, tim medis, tentara, wartawan hingga warga biasa juga terus berdatangan ke rumah sakit ini.
"Kesibukan di sini memang seakan naik jadi tiga kali lipat, bahkan lebih," kata dokter Suyuti Syamsul, Direktur RSUD Sultan Imanuddin kepada Tempo, Sabtu, 3 Januari 2014 petang. "Saya juga jarang pulang, tinggal di sini terus."