Keberadaan ratusan bahkan ribuan orang yang datang ke rumah sakit pada masa gawat ini membuat kondisi di sana tak teratur. Pelataran parkir selalu dipadati orang setiap kali ada jenazah yang diangkut ambulans dari Lanud Iskandar. Warga dan wartawan berbaur untuk mengabadikan gambar atau sekedar melihat. Meski jenazah datang tak tentu, tapi kebanyakan orang bertahan di rumah sakit. Mereka duduk-duduk di selasar atau area parkir.
Di rumah sakit yang terletak di Jalan Sutan Syahrir, atau sekitar 100 meter dari Kantor Bupati Kotawaringin Barat itu, wartawan dan warga leluasa masuk-keluar area utama rumah sakit. Sebagian berkumpul di palataran, sebagian duduk-duduk di depan posko Disaster Victim Identification. Bahkan mereka tak segan merokok di area selasar. Aneka spanduk, poster, atau stiker imbauan dan larangan seakan tak berarti apa-apa.
"Biasanya saya galak kalau lihat ada orang merokok, apalagi di sini (rumah sakit)," kata Suyuti. "Tapi lagi kondisi darurat begini, dengan banyaknya orang di sini, mana bisa saya memarahi satu persatu orang yang merokok," ujarnya. Dia menyatakan maklum jika wartawan, polisi, tentara, ataupun warga merokok di rumah sakit. "Pasti semua stress, saya juga kemarin, waktu jenazah datang banyak sekali sempat merokok satu batang gara-gara tegang."
Suyuti mengakui, sejak ada kesibukan SAR AirAsia, dia lebih lunak dalam menerapkan aturan-aturan di rumah sakit. "Yang saya prioritaskan ya penanganan korban, maka pihak-pihak yang ikut membantu ya harus saya akomodir keperluannya," kata dia. "Wartawan juga di sini kan untuk melaporkan perkembangan, supaya keluarga korban tahu, jadi ya kami maklumi kalau mereka duduk-duduk di selasar, atau merokok di area rumah sakit, yang penting semua pekerjaan orang di sini lancar."