TEMPO.CO, Jakarta - Kandidat calon presiden, Endriartono Sutarto, mengakui kelemahannya dibandingkan sepuluh pesaingnya di konvensi Partai Demokrat. Kelemahan itu yakni, kekurangan dana dan tidak memiliki media untuk mendongkrak popularitasnya.
Endriartono menjelaskan, untuk mengatasi kelamahan pendanaan, ia melancarkan "operasi batok". Dia memakai istilah batok dari kelapa sebagai perumpamaan tempat menampung.
Operasi ini merupakan langkah Endriartono menggalang dana dari masyarakat yakni dengan membuka satu rekening atas nama dirinya. Rekening itu menjadi tempat menampung sumbangan dari masyarakat maupun pengusaha yang sevisi dengannya. Lalu, uang di rekening ini dikucurkan lagi ke satu rekening lainnya yang khusus menyalurkan dana hasil sumbangan untuk setiap kegiatan sosialisasi visi-misi Endriartono.
"Jadi kalau batok itu dibalik kan bisa menampung. Nah, ya kami menggunakan cara itu," kata Endriartono, saat bertandang ke kantor Tempo, Senin, 21 Oktober 2013. "Meski hasilnya tidak seberapa, tapi ya lumayan lah."
Ia mengatakan nilai maksimal sumbangan masyarakat yang masuk disesuaikan dengan ketentuan Komisi Pemelihan Umum. Sejak rekening itu dibuka, Panglima TNI periode 2002-2006 ini telah menerima sumbangan dari beberapa pihak yang kemudian digunakan melakukan sosialisasi di masyarakat.
"Jumlahnya enggak banyak tapi pelan-pelan nomor rekening kami nantinya tersebar dan semakin banyak yang memberikan dukungan," katanya.
Endriartono merupakan satu dari 11 peserta konvensi Demokrat. Peserta lainnya adalah Ali Masykur Musa (anggota BPK), Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina), Dahlan Iskan (Menteri BUMN), Dino Patti Djalal (Duta Besar RI untuk Amerika Serikat), Gita Wirjawan (Menteri Perdagangan), Irman Gusman (Ketua Dewan Perwakilan Daerah), Hayono Isman (anggota Komisi I DPR dari Partai Demokrat), Marzuki Alie (Ketua DPR), Pramono Edhie Wibowo (mantan Kepala Staf Angkatan Darat), dan Sinyo Harry Sarundajang (Gubernur Sulawesi Utara).
Menurut Endriartono, sosialisasi di masyarakat untuk meningkatkan popularitas membutuhkan dana. Sedangkan dirinya hanya memiliki dana terbatas sehingga membutuhkan dukungan masyarakat. Sebab, Komite Konvensi Demokrat tidak membiayai kegiatan sosialisasi masing-masing kandidat.
Ia yakin dengan langkah tersebut, mampu mendongkrak popularitasnya. Endriartono juga sudah membentuk kelompok relawan di beberapa provinsi, seperti E.S for Presiden.
REZA ADITYA