TEMPO.CO , Jakarta: Kepolisian RI menilai peledakan di Vihara Ekayana, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, tak sesuai alias salah kaprah dengan situasi dan kondisi Myanmar saat ini. "Perkembangan politik dan keamanan Myanmar kondusif," kata Inspektur Jenderal Boy Salamudin, Kepala Divisi Hubungan Internasional Markas Besar Kepolisian, di Markas Besar Kepolisian, Kamis, 8 Agustus 2013.
Menurut dia, pemerintah Myanmar dan presiden barunya memperhatikan hak-hak asasi manusia. "Hak hidup etnis Rohingya sebagai bangsa Myanmar dan perlindungan mereka dari oknum-oknum pelaku kekerasan sudah berproses," kata dia. "Perserikatan Bangsa-Bangsa sudah turun tangan juga dan beberapa organisasi-organisasi regional sudah menjadi bagian daripada proses itu."
Boy merasa aneh dengan peledakan vihara Ekayana jika dikaitkan sebagai ekspresi empati pada isu pengungsi etnis Rohingya. "Dengan melihat Myanmar saat ini, saya sedikit mempertanyakan apakah ada relevansi kasus penyerangan kemarin yang notebene vihara, rumah ibadah kaum Budha," katanya.
Boy meragukan niat pelaku peledakan vihara yang tertulis dalam pesan yang dituliskan dalam panci yang menjadi instrumen bahan peledak. Panci itu bertuliskan Kami menjawab jeritan Rohingnya. "Pertanyaannya apakah betul mereka simpati terhadap orang-orang Rohingya?" katanya. "Situasi politik di sana kondusif kok. Pendapat saya ini dilihat dari aspek politik kawasan lho ya."
Ahad, 4 Agustus 2013, malam ada ledakan di Vihara Ekayana, Duri Kepa, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Ledakan berasal dari sebuah bingkisan. Satu bingkisan lain di pintu luar belum meledak. Akibat ledakan, tiga jemaah vihara terluka
ALI AKHMAD