TEMPO.CO, Jakarta -Sebanyak 239 Kepala Keluarga yang terdiri dari 779 jiwa, korban bencana tanah retak dan amblas di Kampung Babakan Loa, Desa Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Jawa Barat, terancam kelaparan. "Selama tiga tahun sejak bencana terjadi tidak pernah mendapatkan perhatian, kami sudah bosan meminta pemerintah untuk turun tangan," ujar Ketua Badan Permusyawaratan Desa Tegalgede, Ade Manadin, kepada Tempo, Senin, 22 Juli 2013.
Menurut dia, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, para korban bencana ini mengandalkan belas kasih dari warga kampung lain. Lahan pertanian yang biasa untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka juga rusak karena diterjang tanah amblas dan retak.
Tak hanya itu, kondisi permukiman mereka juga sangat memprihatinkan. Kini mereka tinggal di rumah yang nyaris roboh. Bahkan sebagian diantaranya membangun gubuk di lokasi bencana dengan menggunakan bahan bangunan dari sisa rumah yang telah roboh. "Banyak yang menderita diare dan demam berdarah karena tempat tinggal yang tidak layak, kondisi mereka tidak jauh seperti gelandangan," ujar Ade.
Bencana ini terjadi pada 13 September 2010 lalu. Seluas 25 hektar pemukiman dan lahan pertanian warga mengalami retak dan amblas. Kedalaman tanah amblas dan retakanan mencapai tinggi empat meter lebih. Akibatnya sebanyak 240 rumah warga mengalami rusak berat dan sedang.
Kepala Desa Tegalgede, Yuhana, mengaku lahan relokasi yang telah disiapkan juga ditelantarkan pemerintah. Lahan seluas 1,7 hektar yang berada di Kampung Cimareme itu merupakan pemberian dari perusahaan perkebunan milik PT Condong. "Saya sudah menyampaikan keluhan ini ke Bupati Agus, bahkan dia menjanjikan akan memberi Rp 100 juta tapi sampai saat ini tidak ada juga," ujarnya.
Menurut dia, lahan relokasi tersebut baru sebagian diratakan, sisanya dibiarkan terlantar. Selain itu, akses jalan sepanjang 200 meter menuju tempat relokasi juga belum dibangun. Tak hanya itu, alat berat yang digunakan untuk meretakan tempat relokasi telah ditarik kembali sejak lama.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Garut, Dikdik Hendrajaya, mengaku akan mengkoordinasikan kasus tersebut ke intansi terkait. Alasannya karena penanganan bencana yang dilakukan pihaknya telah berakhir pada saat masa tanggap darurat dulu. "Kalau untuk kebutuhan makanan akan kami koordinasikan dengan dinas sosial, sedangkan untuk lahan relokasi akan disampaikan ke dinas PU Binamarga," ujarnya singkat.
SIGIT ZULMUNIR
Terhangat:
Front Pembela Islam | Bisnis Yusuf Mansur | Daging Impor
Berita lain:
Melawan FPI, Tiga Orang Kendal Ditangkap Polisi
Jokowi: Blusukan Modalnya Jalan Kaki
FITRA: Gaya Blusukan Jokowi Mirip Artis
SBY Minta Polisi Tindak Tegas FPI