TEMPO.CO, Surakarta - Konflik yang terjadi di Keraton Kasunanan Surakarta antara pihak yang pro-rekonsiliasi dengan yang menolak rekonsiliasi tidak mempengaruhi persiapan peringatan naik takhta atau jumenengan ke-8 Raja Surakarta Paku Buwono XIII Hangabehi pada 15 Juni mendatang.
Juru bicara PB XIII Hangabehi, Gusti Pangeran Haryo Suryo Wicaksono, mengatakan persiapan jumenengan tetap jalan. “Meskipun Sinuhun sedang di Jakarta, abdi dalem yang pro-rekonsiliasi tetap mempersiapkan jumenengan,” katanya ketika dihubungi Tempo, Ahad, 3 Juni 2012.
PB XIII Hangebehi saat ini berada di Jakarta untuk penandatanganan naskah rekonsiliasi dengan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi pada Senin, 4 Juni 2012.
Dia mengatakan, setelah urusan di Jakarta selesai, PB XIII Hangabehi segera pulang ke Solo untuk memimpin sendiri persiapan. Misalnya, sepuluh atau maksimal tujuh hari sebelum hari-H, akan digelar gladi bersih tarian Bedhaya Ketawang. “Sinuhun akan menonton latihan tari tersebut,” ucapnya.
Karena latihan tersebut digelar di dalam keraton, maka PB XIII Hangabehi akan masuk ke keraton. Selain menyaksikan latihan, juga akan membersihkan pusaka keraton dan memilih pakaian yang akan dikenakan saat jumenengan. “Saat ini ruangan-ruangan itu dikunci oleh pihak-pihak yang menolak rekonsiliasi. Nanti kami akan minta ruangan tersebut dibuka,” kata Suryo.
Jika ada penolakan, pihaknya akan meminta bantuan aparat kepolisian untuk mengiringi masuknya PB XIII Hangabehi ke keraton. “Masak mau masuk rumah sendiri tidak boleh. Malah dihalangi oleh mereka yang tidak berhak,” kata dia.
Sementara itu, Lembaga Kusuma Wandawa yang menolak rekonsiliasi juga menyiapkan acara jumenengan. Di antaranya sudah memasang baliho besar di dekat Gladag yang berisi pemberitahuan acara jumenengan plus foto diri PB XIII Hangabehi.
“Jumenengan adalah kewajiban Sinuhun. Jika tidak dilaksanakan, maka Sinuhun akan kena hukuman dari leluhur,” ujar Pengageng Kusuma Wandawa Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Puger. Pihaknya saat ini tetap melaksanakan berbagai persiapan untuk jumenengan. Namun keputusan untuk melaksanakan atau tidak berada di tangan PB XIII Hangabehi.
Dia sendiri berharap semua pihak dapat menahan diri dulu, sehingga jumenengan dapat berjalan lancar. Setelah jumenengan usai, kembali membicarakan masalah perbedaan pendapat di antara kedua belah pihak.
Kusuma Wandawa yang menaungi kerabat dekat keraton menolak rekonsiliasi karena menganggap Tedjowulan sudah melakukan makar karena berani memproklamasikan diri sebagai Raja Surakarta bergelar PB XIII Tedjowulan. Mereka meminta Tedjowulan yang kini menjadi Wakil Raja Surakarta dihukum oleh lembaga dewan adat.
UKKY PRIMARTANTYO