TEMPO.CO, Surakarta - Wali Kota Surakarta Joko Widodo meninjau kondisi di dalam Keraton Kasunanan Surakarta, Jumat, 25 Mei 2012. Peninjauan tersebut merupakan salah satu proses dalam melakukan mediasi atas konflik internal yang terjadi di dalam keraton.
Menurut pantauan Tempo, Jokowi hanya beberapa menit berada di dalam keraton. Kedatangannya disambut oleh sejumlah kerabat keraton, seperti KP Eddy Wirabhumi dan KP Satriyo Hadinagoro.
Jokowi menyatakan jika dirinya telah diminta oleh dua pihak yang sedang berkonflik untuk melakukan mediasi. “Sebelum melakukan mediasi, saya perlu untuk meninjau ke lapangan secara langsung,” katanya saat keluar dari lingkungan keraton.
Sebenarnya, dirinya sudah bertemu dengan perwakilan dari kerabat keraton. “Kemarin kami sudah bertemu di rumah dinas,” katanya. Setelah kunjungan ke keraton itu, dirinya akan segera menemui pihak Paku Buwana XIII untuk membicarakan masalah yang sama.
Pengageng Kusumawandawa Keraton Surakarta, KGPH Puger mengakui jika pihaknya memang meminta kepada pemerintah untuk menfasilitasi mediasi antara kerabat keraton dengan Paku Buwana XIII. Hal ini dilakukan agar konflk internal di dalam keraton bisa diselesaikan dengan cepat.
“Kami sangat optimistis jika konflik ini lekas selesai,” katanya. Perbedaan paham itu terjadi lantaran kerabat keraton tidak ikut diajak bicara dalam proses rekonsiliasi antara PB XIII dengan Tedjowulan.
Konflik antarkeluarga keraton tersebut telah berlangsung sejak delapan tahun lalu. Kursi raja diperebutkan antara Hangabehi dan Tedjowulan beberapa saat setelah PB XII wafat. Akhirnya, dua-duanya menobatkan diri sebagai raja yang bergelar PB XIII. Hanya saja, Tedjowulan mendirikan tahtanya di luar keraton.
Selama sepekan terakhir, kedua raja itu akhirnya menjalin rekonsiliasi. Tedjowulan melepas tahta untuk selanjutnya akan dinobatkan sebagai patih. Hanya saja, rekonsiliasi tersebut tidak mendapat dukungan dari pendukung Hangabehi yang merasa tidak ikut diajak bicara.
Puncaknya, PB XIII Hangabehi yang datang bersama Tedjowulan ke keraton ditolak oleh para kerabatnya. Mereka tidak diperkenankan masuk dengan pintu utama keraton tertutup rapat. Terpaksa mereka masuk melalui pintu samping dengan mendapat pengawalan dari polisi dan tentara. Meskipun demikian, PB XIII hanya bisa mengakses Sasana Narendra yang selama ini menjadi tempat tinggalnya karena jalan menuju lokasi lain dalam keraton ditutup.
AHMAD RAFIQ