TEMPO.CO, Malang - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang menyatakan kekecewaannya terhadap hasil ujian nasional sekolah menengah atas di kota tersebut. Tingkat kelulusannya menempati peringkat ke-35 dari 38 kota dan kabupaten di Jawa Timur. "Hasil ujian nasional jeblok berarti Dinas Pendidikan gagal menjalankan fungsinya," kata Ketua Komisi Kesejahteraan DPRD Kota Malang Christea Frisdiantara, Sabtu, 26 Mei 2012.
Christea menegaskan bahwa selama ini Kota Malang sudah dikenal sebagai Kota Pendidikan dengan beragam keunggulannya. Namun, dengan hasil nilai rata-rata 7,77, bisa merusak predikat Kota Pendidikan itu.
Christea mengatakan Pemerintah Kota Malang dan DPRD telah memberikan keleluasaan kepada Dinas Pendidikan untuk menata proses belajar dan mengajar agar predikat Kota Pendidikan tetap terjaga. Di antaranya mengoptimalkan anggaran pendidikan yang mencapai Rp 144 miliar, yakni hampir 20 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Kenyataannya, hasil yang dicapai dalam ujian nasional tingkat SMA sederajat di Kota Malang jauh merosot, bahkan kalah dibandingkan kota kecil seperti Lamongan dan Trenggalek, yang mampu menempati peringkat ketiga dan keempat di seluruh Jawa Timur. ”Untuk mengurai masalahnya, kami akan menelusurinya sehingga bisa diketahui penyebab jebloknya hasil ujian nasional tingkat SMA,” ujar Christea.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang Sri Wahyuningtyas berdalih peringkat nilai ujian nasional tidak penting. Namun, menurut Sri, kejujuran dalam mengerjakan soal ujian nasional merupakan nilai terpenting dalam sistem pendidikan. "Siswa mengerjakan dengan jujur," ucapnya.
Tidak dijelaskan hubungan antara kejujuran yang dimaksudkannya dan jebloknya hasil yang dicapai. Sri juga tidak bisa menjelaskan apakah daerah yang meraih peringkat yang bagus berarti siswanya tidak jujur saat menjawab soal ujian nasional.
EKO WIDIANTO