TEMPO.CO, Jakarta - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat adanya kecurangan yang bersifat struktural pada Ujian Nasional di sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) di tujuh daerah, yaitu di Sumatera Utara, Brebes-Jawa Tengah, Pulau Muna-Sulawesi Tenggara, Bekasi-Jawa Barat, Pandeglang-Banten, Jawa Timur, dan DKI Jakarta.
"Ini data yang dikumpulkan dari guru-guru tingkat SMA, SMK, dan Madrasah Aliyah," kata Sekretaris Jenderal FSGI, Retno Listyani, saat ditemui di Kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Kamis, 19 April 2012.
Retno menyatakan, jumlah daerah ini hanya sebagian dari total laporan kecurangan yang terjadi pada ujian nasional tahun ini. Kecurangan struktural yang dimaksud adalah kecurangan yang direncanakan dan melibatkan siswa, guru, sekolah, atau pengawas ujian. Kecurangan tampak struktural karena para siswa mengumpulkan dana kolektif untuk membeli kunci jawaban yang dibagikan pagi hari menjelang ujian.
Di Sumatera Utara, FSGI mencatat, para siswa mendapat kunci jawaban dari lima paket ujian nasional yang sejak pagi hari mereka salin dari oknum tertentu. Para siswa kemudian menyembunyikan kunci jawaban tersebut di kaos kaki dan dasi.
Di Brebes, Serikat Guru Brebes menemukan siswa di sebuah sekolah non-unggulan menyalin kunci jawaban di musala sekolah sebelum ujian dimulai. Akan tetapi, kecurangan ini sudah direncanakan dengan sangat rapi, melibatkan kepala sekolah, dan panitia penyelenggara. Dengan demikian, sulit membuktikan kecurangan tersebut.
"Tolak ukur yang cukup jelas, pada tahun lalu nilai sekolah ini lebih tinggi dari sekolah di kota. Akan tetapi, nilainya tidak variatif," kata Retno.
Di Pulau Muna, Sulawesi Selatan, FSGI menemukan lembar jawaban ujian nasional yang tidak dilem sebelum diserahkan kepada sekolah. Selain itu, kunci jawaban ujian juga tidak langsung dibawa ke Polres. Dua kejadian ini memberi peluang sekolah untuk memperbaiki jawaban siswanya.
Di Bekasi, kecurangan struktural di daerah ini justru dimulai sebelum Ujian Nasional. Sekolah melakukan manipulasi nilai ujian sekolah untuk memenuhi target kelulusan. Bahkan, kecurangan ini dikabarkan merupakan instruksi dari kepala dinas pendidikan.
Di Pandeglang, Jawa Barat, FSGI menerima laporan, di sebuah sekolah, pengawas menemukan kunci jawaban pelajaran Matematika lengkap dengan lima variasi soalnya. Hal serupa juga terjadi di DKI Jakarta. Pengawas menemukan siswa di beberapa sekolah membulatkan jawaban tanpa melihat soal.
"Mereka tampak sudah mengetahui dan menghafal jawabannya," kata Retno.
Sebuah bentuk kecurangan struktural yang hampir sama juga terjadi di DKI Jakarta dan di Jawa Timur. Pengawas beberapa sekolah di dua wilayah ini melapor mendapat perintah dari sekolah untuk tidak mengubah pembagian paket soal. Urutan siswa yang mendapat paket A hingga paket E sudah ditetapkan sekolah sejak awal hingga hari akhir ujian.
"Model Ujian Nasional memunculkan kecurangan dan tidak menjamin kualitas pendidikan. Lebih baik dihentikan," kata Retno.
FRANSISCO ROSARIANS