TEMPO Interaktif, Jakarta - Salah satu keluarga korban peristiwa Mesuji, Mathias Nugroho, menceritakan intimidasi pihak perusahaan kepada masyarakat adat mulai memanas sejak 2009. Sayangnya, Mathias sendiri tidak tahu persis penyebab memanasnya bentrokan warga adat sekitar Sungai Sodong ini dengan pihak perusahaan karet dan sawit.
"Bentrokannya terjadi beberapa kali, melibatkan beberapa desa, tetapi khususnya di wilayah Mesuji. Masing-masing desa ada korbannya," kata Mathias, saat dihubungi Tempo melalui sambungan telepon, Kamis, 15 Desember 2011.
Menurut Mathias, ada beragam cara yang digunakan PAM Swakarsa untuk menekan warga. Setidaknya 30 orang tewas dalam rentang waktu 2009 hingga 2001. Penyebabnya beraneka ragam, mulai dari stres akibat intimidasi menerus dari PAM Swakarsa, sengaja ditembak, atau bahkan dipenggal.
Sedangkan ratusan warga lainnya mengalami luka atau penahanan dengan sangkaan menduduki lahan tanpa izin. "Peristiwa pemengalannya sendiri salah satunya dilakukan di seberang sungai (Sodong), yang masuk wilayah Sumatera Selatan," dia menambahkan.
Keluarga Mathias sendiri tidak mengalami penembakan. Tetapi ayahnya, Yudas Damiran, 56 tahun, termasuk salah satu dari 120 warga yang ditahan karena sangkaan menduduki lahan tanpa izin. "Pak Wayan, yang saudaranya Made Astana, ikut tertembak. Peristiwanya Februari 2011," kata dia.
ARYANI KRISTANTI