TEMPO Interaktif, Jakarta:- Pelaku pengeboman Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo ternyata melakukan survei sebelum melancarkan aksi bom bunuh diri itu, Minggu 25 September 2011, pukul 10.55 WIB. Sehari sebelumnya, Sabtu 24 September 2011, pelaku wara-wiri ke seputar Gereja itu.
"Pelaku bertanya (kepada saksi) di mana GBIS dan di mana warnet terdekat (dengan gereja itu)," kata Juru bicara Markas Besar Kepolisian RI, Brigadir Jenderal I Ketut Untung Yoga, Senin 26 September 2011.
Menurut Yoga, informasi itu diperoleh kepolisian dari keterangan empat saksi di lokasi kejadian. Kepada seorang saksi, pelaku, yang diduga bernama Achmad Yosepa Hayat, mengaku datang dari Jawa Barat dengan menumpang kereta api. "Menurut saksi, pelaku berlogat Sunda."
Gerak-gerik pelaku juga terlihat dari rekaman kamera CCTV di GBIS Kepunton menjelang ledakan. Komisaris Besar Boy Rafli Amar, juru bicara Mabes Polri lainnya, menjelaskan, pelaku beberapa kali mengawasi bagian dalam gereja. "Pelaku melewati pintu masuk, lalu keluar lagi," katanya. Demi mendapatkan gambaran detail, penyidik bahkan telah memeriksa lebih dari 20 saksi, termasuk beberapa anggota jemaat yang terluka.
Pada hari kejadian, sebelum beraksi Achmad mampir di warung Internet Solonet sekitar satu jam, lantas makan di warung angkringan dekat gereja. Dalam catatan Sunu Prasetyo, pemilik Solonet, Achmad mengakses internet Minggu pagi mulai pukul 08.37 hingga pukul 09.28 dengan nama Oki. Dia sempat membuka situs berita Jihad dan motoGP.
Lelaki itu lantas keluar untuk makan di Angkringan, dekat gereja, Pukul 10.43 WIB, Achmad kembali lagi dan login atas nama Eka. Ia menyewa bilik nomor sembila, " Ia membawa tas ranselnya dan masuk kamar mandi" kata Sunu. " Setelah itu, menitipkan tas ke petugas counter"
"Kami membandingkan rekaman CCTV warnet dengan CCTV milik gereja," ujar juru bicara Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Komisaris Besar Djihartono."Wajah keduanya identik"
Petugas Keamanan Gereja Suharto mengaku melihat pelaku wara-wiri di depan gereja, bahkan masuk dalam gereja. Gerak-gerik mencurigakan itu, tampak dalam rekaman CCTV yang dimiliki gereja.
Pelaku,masuk dari pintu samping barat laut, lalu berjalan ke tengah agak ke depan. Lalu keluar dari pintu pintu utara, masuk kembali, lalu keluar lagi. Sampai di pintu keluar, bom meledak. " Waktu ia masuk dan mondar-mandir kira-kira 5 menit. Pria ini mengenakan kacamata, topi hitam, kaus, dan rompi,” kata seorang penyidik.
Meski bom berdaya ledak rendah, tapi cukup membuat perut pelaku berlubang. Setidaknya 22 orang jemaat yang ada di sekitarnya, terluka akibat semburan paku, mur, dan baut besi dari bom yang diduga diikatkan di dekat perut. Dua orang jemaat di antaranya kini kritis karena sebuah mur bersarang di otaknya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan pelaku adalah jaringan pengebom masjid kantor Kepolisian Resor Cirebon Kota pada 15 April 2011. Seorang polisi di lokasi kejadian menyebutkan jenis bom sama dengan bom di Cirebon: peledak berkekuatan rendah dicampur paku, mur, dan baut besi.
Menurut sumber Tempo, terduga pelaku adalah Achmad Yosepa Hayat adalah satu dari lima buron kasus Cirebon. Namun kepolisian masih menunggu hasil pencocokan DNA pelaku dengan keluarganya untuk memastikan identitasnya.
Berdasarkan hasil penyidikan kasus Cirebon, Achmad dipersiapkan menjadi pelaku pengeboman berikutnya setelah M. Syarif, yang tewas di masjid Polres Cirebon. Seperti pada bom Cirebon, bom Achmad diletakkan di bagian depan tubuh. Untuk mengaktifkannya, digunakan saklar. "Kami menyita beberapa barang bukti, termasuk sebuah saklar," kata Djihartono.
l IRA G | AHMAD RAFIQATMI P | WDA