TEMPO Interaktif, MAKASSAR - Seorang pengusaha Belanda berencana membangun pabrik pengolah cokelat di Makassar. Cokelat hasil produksi di Makassar itu akan dipasarkan di kawasan Asia. "Saya akan menanam saham US$ 100 juta atau setara dengan Rp 8,6 triliun di daerah ini, khusus untuk pabrik pengolah cokelat," kata Jos De Loor, Head of Cargil Cocoa Business World Mide, setelah menemui Gubernur Syahrul Yasin Limpo di kediamannya kemarin.
Menurut Jos, rencana itu akan dilakukan setelah kerja sama perusahaannya dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terjalin. Pihaknya menargetkan 65 ribu ton cokelat per tahun.
Jos memilih Makassar karena perusahaannya akan menggarap pasar Asia. PT Cargil memiliki pabrik pengolahan cokelat di Eropa dan Afrika, tapi jika melakukan ekspor ke Asia cukup jauh. "Kami eksplorasi dulu kesempatan ini dan kami berharap dalam dua tahun bisa berjalan," katanya.
Terpisah, Kepala Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan Burhanuddin Mustafa menyatakan pihaknya merespons keinginan pengusaha asal Belanda tersebut. Sebab, dengan begitu Sulawesi Selatan tidak lagi mengekspor kakao dalam bentuk biji, melainkan cokelat olahan.
Menurut dia, produksi kakao Sulawesi Selatan hingga Agustus 2011 mencapai 165 ribu ton, sedangkan pada tahun sebelumnya sebesar 172 ribu ton. Ia berharap produksi kakao Sulawesi Selatan bisa menembus angka 300 ribu ton pada 2003.
PT Cargil juga akan memfasilitasi perbaikan sistem penanaman kakao dan melatih 65 ribu petani yang tersebar di 24 kabupaten/kota penghasil cokelat di kabupaten penghasil kakao terbesar, seperti Bantaeng, Bone, Soppeng, Wajo, Pinrang, Sidrap, Enrekang, Luwu, Luwu Timur, dan Luwu Utara.
Sebelumnya Gubernur Syahrul Yasin Limpo menargetkan 300 ribu ton kakao per tahun pada 2013 mendatang. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi Indonesia yang memiliki potensi perkebunan yang sangat baik, terutama komoditas kakao. Kondisi ini didukung oleh agroklimat yang cocok dengan kultur budaya masyarakat.
| ARDIANSYAH RAZAK BAKRI