“Sebelumnya, dia sempat menghindar dari longsoran lereng bukit, tapi tiba-tiba sebuah batu berukuran besar jatuh dari atas dan menimpa korban,” kata Syaiful, rekan korban saat berada di rumah duka, Sabtu, (23/4).
Syaiful menceritakan Amin dan belasan penambang batu memanjat lereng bukit yang telah tergerus dan sangat curam dengan seutas tali. Di antara kelompok penambang batu, Amin bertugas mencungkil batu yang berada di bagian atas lereng sebelum dipecah menjadi kecil-kecil. “Kami belum sempat mencungkil batu dan baru memanjat hingga tiba-tiba lereng bagian atas runtuh,” katanya.
Saat tertimpa batu, korban masih bergelantungan dengan seutas tali. Akibat tertimpa satu bongkah batu berukuran raksasa, kepala korban pecah dan tulang bagian rusuk remuk. “Korban tewas di lokasi penambangan, sedangkan Asman hanya menderita luka lecet-lecet dan dilarikan ke rumah sakit,” katanya.
Setiap hari di bukit Camang, puluhan penambang batu bekerja dengan alat seadanya. Mereka memanjat lereng bukit setinggi 100 meter lebih dengan seutas tali untuk meruntuhkan bukit batu dari atas bukit itu. “Untuk pemanjat mendapat upah Rp 100 ribu per truk. Sedangkan, pemecah batu di bagian bawah hanya mendapat Rp 30 ribu,” kata Asnawi, salah seorang rekan korban lainnya.
Sementara itu, hingga saat ini polisi masih menyelidiki tempat kejadian perkara. Garis polisi langsung dipasang di lokasi kejadian. Sejumlah saksi mata dimintai keterangan di Markas Kepolisian Sektor Tanjungkarang Timur, Bandar Lampung.
Baca Juga:
Pemerintah Kota Bandar Lampung sebenarnya telah melarang penambangan batu di bukit yang diklaim milik salah seorang pengusaha Jakarta itu. Para penambang membandel karena terdesak kebutuhan hidup. Setidaknya, 40 persen penduduk di Kelurahan Tanjunggading bekerja sebagai penambang batu di tempat itu.
Penambangan batu dan pasir telah menyebabkan 90 persen bukit dan gunung di Bandar Lampung rusak. Setidaknya 9 dari 11 bukit yang ada di Bandar Lampung rusak. “Sebagian lagi nyaris punah. Semestinya, pemerintah Kota Bandar Lampung tegas melarang karena bukit-bukit itu menjadi daerah resapan air,” kata Hendra, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Bandar Lampung.
NUROCHMAN ARRAZIE