TEMPO Interaktif, Tasikmalaya - Tragis, begitulah kata yang paling tepat disematkan bagi keluarga Yoyo, 50 tahun, warga Kampung Windusari, Desa Sukasetia, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat .
Sudah tidak mendapatkan bantuan gempa sebagaimana yang telah dijanjikan pemerintah, dirinya malah mendapatkan intimidasi dari ketua rukun tetangga setempat karena dianggap telah mencemarkan daerah akibat pemberitaannya di surat kabar.
Sejak rumahnya ambrol akibat bencana gempa bumi pada bulan September 2009 lalu, hingga kini keluarga Yoyo masih belum menerima bantuan. Jangankan kategori berat sebagaimana yang dicatatkan oleh ketua rukun tetangga saat dilakukan verifikasi data, kategori ringan pun tak ia peroleh.
Melihat kondisinya membuat orang iba. Hanya terpal plastik bekas posko bantuan dengan beralaskan tikar dan beratapkan bambulah yang selama ini Yoyo bersama sang istri, Juju, 38 tahun, beserta lima anaknya sebagai tempat tinggalnya.
"Untung masih ada terpal plastik bekas posko untuk dijadikan tempat tinggal saya," ujar Yoyo, Sabtu (26/6) sambil menitikkan air mata. "Hanya mengangis dan berdoa yang dapat saya lakukan, ketika melihat istri dan anak-anak sedang lelap tidur, kasihan mereka."
Sejak terjadinya bencana gempa, September lalu, keluarga Yoyo bukannya menerima bantuan sebagaimana yang telah dijanjikan pemerintah. Beberapa kali ia didata oleh para petugas pendata, namun pada kenyataannya hingga kini ia tidak pernah mendapatkan bantuan. "Saya hanya bisa menghela nafas melihat tetangga saya yang mendapatkan bantuan," ujarnya.
Pernah suatu saat dirinya didatangi oleh wartawan yang menanyakan perihal keadaannya. Namun, pasca pemberitaan mengenai dirinya muncul di surat kabar, dirinya malah kena marah hingga dipukul oleh ketua rukun tetangga.
"Saya pernah dipukul oleh Ketua RT," ujarnya. "Alasannya memberikan keterangan yang isinya memalukan daerah. Karena telah memberikan keterangan kepada wartawan, tidak bilang dulu sama aparat setempat."
Juju, 38 tahun, istri Yoyo, dengan suara terbata-bata karena karena menahan isak tangis, mengutarakan unek-uneknya. Menurutnya, pemerintah saat ini benar-benar tidak berpihak kepada rakyat miskin seperti dirinya. Pasalnya, ketika wartawan datang untuk konfirmasi, dirinya memberikan data sesuai dengan keadaan yang ia rasakan tanpa dikurang ataupun ditambah.
"Masa harus laporan terlebih dahulu serta harus menutup-nutupi keadaan, saya kan tidak tahu," ujarnya. "Setelah pemberitaan muncul di media, suami saya dipanggil oleh Ketua RT dan dimaki-maki sampai dipukul."
Kini keluarga yang menggantungkan hidupnya dari menangkap burung hutan tersebut hanya bisa pasrah menerima keadaan yang tengah mereka hadapi. Terlihat beberapa bagian terpal yang selama ini digunakan untuk tempat tinggalnya bocor. Sehingga tak ayal ketika hujan tiba keluarga ini tak jarang kehujanan.
Sedangkan untuk menutup kebutuhan sehari-hari tak jarang ia terpaksa menggadaikan hingga menjual pakaian yang selama ini mereka gunakan hingga jumlahnya terus berkurang. "Daripada harus meminta-minta lebih baik menjual yang ada," ujarnya.
Sementara itu, Camat Kecamatan Cisayong Ade Husna saat dihubungi, Sabtu (26/6), via telepon selulernya mengatakan hingga kini pihak kecamatan belum mengetahui tindakan RT yang telah melakukan pemukulan terhadap Yoyo. "Kami hanya tahu bahwa Yoyo belum menerima bantuan," ujarnya.
JAYADI SUPRIADIN