“Salah satu faktor yang menjadi penyebab adalah keterbatasan pengetahuan masyarakat serta sedikitnya jumlah bidan,” kata Kepala Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Wawan Kasiyanto, Selasa (27/4).
Dari sekitar 220 bidan yang ada, hanya 60 bidan yang bersertifikasi Asuhan Persalinan Normal (APN). Dia mengakui biaya pelatihan untuk mendapatkan sertifikat tersebut memang tidak sedikit. Untuk pelatihan selama satu minggu dikenakan biaya hingga Rp 2 juta. “Tentunya, kalau semua biaya dibebankan ke Dinas Kesehatan akan memberatkan karena anggaran yang terbatas,” tutur Wawan.
Wawan juga menjelaskan masih banyak ibu hamil yang memilih dukun untuk menangani kelahirannya, dan dilakukan di rumah. Dari data yang ada, sebanyak 30 porsen ibu hamil memilih melahirkan di rumahnya.
Untuk menekan angka kematian ibu melahirkan, Dinas Kesehatan mengimbau masyarakat untuk menggunakan tenaga bidan. Dinas Kesehatan pun terus berupaya meningkatkan pelayanan dengan memberikan petunjuk teknis kepada para bidan. “Dalam persalinan, seorang ibu seharusnya ditangani dua orang bidan,” tuturnya.
Selain itu, juga perlu disiapkan minimal dua orang pendonor darah yang siap menyumbangkan darahnya jika saat melahirkan terjadi pendarahan. Untuk pengadaan darah, Dinas Kesehatan juga bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) setempat. ISHOMUDDIN.