TEMPO Interaktif, Sidoarjo - Perusahaan rokok di Kabupaten Sidoarjo gulung tikar lantaran semburan lumpur Lapindo, beban pita cukai yang terus melangit, dan sengitnya persaingan produk rokok skala kecil. Pada 2007 berdiri sebanyak 201 pabrik rokok, namun medio Juli 2009 melorot tinggal 81 pabrik rokok.
"Perusahaan kecil terus tergencet, tak mampu menebus pita cukai rokok," kepala bidang perdagangan Dinas Koperasi Perindustrain Perdagangan, Energi Sumber Daya Alam, Tjarda, Senin (5/4).
Regulasi kenaikan pita cukai rokok selama 2009 membuat perusahaan rokok yang dikerjakan skala rumahan ini ambruk. Para pengusaha menyerah menghentikan produksi serta memecat buruh pabrik rokok. Sedangkan, sembilan pabrik rokok gulung tikar karena tenggelam lumpur Lapindo. Diantaranya, pabrik rokok Engsel, Jangkar Mas Makmur, Cengkir, dan HS Mitra.
Total diperkirakan jumlah buruh yang menganggur setelah pabrik rokok gulung tikar mencapai lebih seribu buruh. Rata-rata setiap pabrik rokok yang memproduksi sigaret kretek tangan ini mempekerjakan sekitar 100 orang. Untuk itu, kini Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan ESDM menggagas pelatihan keterampilan bagi bekas buruh pabrik rokok. Di antaranya dilatih keterampilan menjahit, pertukangan, perbengkelan, kerajinan tas, dan sepatu.
Diharapkan, setelah menjalani pelatihan para buruh yang dipecat ini membuka usaha secara mandiri. Di antaranya membuka bengkel atau kerajinan tas dan sepatu yang banyak tersebar di Tanggulangin, Sidoarjo. Pelatihan dilaksanakan 2010 dengan menggunakan dana alokasi cukai.
Ketua Asosiasi Perusahaan Rokok Sidoarjo, Nurul Huda mengatakan banyak perusahaan rokok yang akhirnya gulung tikar karena tertinggal dalam sisi teknologi dan modal. Karena kekuarangan modal, banyak perusahaan yang mengurangi produksi dan hanya memenuhi pesanan untuk memenuhi pasar Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. "Hanya perusahaan yang bermodal besar yang mampu bertahan," katanya.
Untuk itu, kini banyak pengusaha rokok yang beralih bidang usaha lain. Nurul misalnya, kini mulai merintis usaha produksi pupuk organik. Kini, gudang dan ruang produksi pabrik rokok disulap menjadi pabrik pengolahan pupuk. Menurutnya, perlahan-lahan perusahaan rokok tak memiliki prospek bisnis yang menguntungkan.
EKO WIDIANTO