TEMPO Interaktif, Jambi - Diduga akibat semakin terdesak dan terganggunya habitat harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae), hewan buas itu dalam setengah tahun terakhir ini sudah sering masuk perkampungan warga. Tidak hanya memangsa hewan ternak, tapi juga telah menerkam warga hingga tewas sehingga penduduk ketakutan.
Awalnya, harimau Sumatera masuk ke permukiman penduduk Desa Sponjen, Kecamatan Kumpehilir, Kabupaten Muarojambi. Tidak hanya empat ekor sapi milik warga setempat yang telah dimangsa, namun juga seorang warga bernama Darmilus, empat hari lalu tewas diterkam si raja hutan ini.
Warga RT I, Dusun Bedeng Duabelas, Desa Muaro Emat, Kecamatan Batangmerangin, Kabupaten Kerinci, juga mengalami hal yang sama. Bahkan sejak sepekan terakhir ini penduduk setempat terpaksa mengungsi untuk menyelamatkan diri.
Dusun Bedeng Duabelas merupakan lokasi tempat tinggalnya puluhan kepala keluarga warga Desa Muaro Emat sebagai lokasi perkebunan dan sekaligus permukiman. Warga daerah ini benar-benar panik karena sedikitnya enam ekor harimau Sumatera terlihat sering lalu lalang di kawasan tempat tinggal warga setempat.
Kawanan harimau tersebut seakan tidak takut lagi dengan warga. Bahkan binatang buas ini pernah ketahuan sedang mengintip anak murid Sekolah Dasar Bedeng Duabelas untuk dimangsa. "Ini benar-benar sudah sangat memprihatinkan, kata Tito Rivano, Camat Batangmerangin kepada Tempo saat dihubungi, Kamis (25/3).
Menurut Tito, tidak hanya warga Kampung Bedeng Duabelas yang diganggu, tapi juga ada beberapa kampung lain, seperti Bedengtujuh, Airmelanca dan Sungai Manggis.
Meski belum ada warga desanya dimangsa, tapi harimau tersebut telah memangsa binatang peliharaan milik warga, seperti anjing, kucing dan juga berbagai hewan ternak.
Warga setempat sangat menyayangkan keterlambatan pihak Balai Konservasi Sumber daya Alam (BKSDA) Jambi yang dianggap kurang tanggap atas adanya permasalahan sedang menimpa warga.
Warga menyatakan ada sedikitnya enam ekor harimau yang berkeliaran di kawasan perkampungan mereka. Namun pihak BKSDA Jambi mengatakan harimau yang berkeliaran di sana hanya tiga ekor, berupa seekor induk betina dan dua anaknya yang masih kecil.
Diddy Wurjanto, Pelaksana Tugas Kepala BKSDA Jambi, membantah jika pihaknya tidak peduli dengan itu. Buktinya, menurut dia, petugas sejak beberapa waktu lalu terus berada di kawasan itu ikut memantau dan memasang perangkap.
Ia mengatakan masuknya harimau ke kawasan permukiman penduduk akibat kesalahan warga sendiri, antara lain menggganggu habitat harimau dengan merambah kawasan hutan sebagai rumah binatang tersebut.
Khusus di kawasan Kampung Bedeng Duabelas dan sekitarnya, terjadi akibat pembukaan jalan desa sepanjang 15 kilometer yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum daerah ini. Setelah jalan itu dibuka, akhirnya lalu lalang warga menggunkan jalan tersebut menjadi ramai. Dulunya merupakan habitat si raja hutan dan kini menjadi terusik.
"Itu penyebabnya. Anehnya lagi pihak Dinas Pekerjaan Umum tidak pernah konsultasi terlebih dahulu dalam rencana sebelum dibukanya jalan itu. Walau di luar kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat, tapi kawasan hutan itu merupakan bagian dari habitat harimau", ujarnya.
SYAIPUL BAKHORI