TEMPO Interaktif, Semarang - Banyaknya alih fungsi lahan di Jawa Tengah mengakibatkaan daerah rawan banjir di wilayah itu dari tahun ke tahun semakin meluas. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Tengah Jarot Nugroho menyatakan, pada 2008 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang rawan bencana baru 18 daerah.
"Tapi 2010 ini sudah meluas menjadi 28 daerah. Kabupaten/kota yang selama ini tidak rawan bencana tapi saat ini menjadi daerah yang bisa terjadi banjir," ungkap Jarot di sela-sela rapat koordinasi dengan Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah, Rabu (13/1).
Jarot mencontohkan, penambangan Gunung Merapi yang terus meluas mengakibatkan Kota Magelang yang selama ini tidak pernah banjir tapi kini ada ancaman banjir. Apalagi, penambangan di Gunung Merapi terus meluas tanpa menggunakan kaidah-kaidah penambangan sesuai aturan.
Menurut dia, daerah sekitar Dieng juga sangat rawan terjadi banjir. Hal iitu dipicu alih fungsi dari tanaman tahunan yang keras menjadi tanaman ringan yang tidak berumur panjang.
Tanaman itu seperti kacang jagung, padi, dan lain-lain yang tidak bisa merekatkan tanah. Daerah lain yang sebelumnya tidak banjir tapi kini ada ancaman banjir adalah Batang, Purworejo, Sukoharjo, Wonosobo, Temanggung, Blora, Boyolali, dan Kabupaten Semarang.
Sedangkan 18 kabupaten/kota yang sudah lama menjadi daerah rawan banjir adalah Kota Semarang, Demak, Kudus, Pati, Rembang, Grobogan, Surakarta, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Kebumen, Cilacap, Karanganyar, dan Boyolali.
Jarot menyatakan, saat ini Jawa Tengah sudah menyiapkan berbagai antisipasi terjadinya banjir. Di Kota Semarang, misalnya, sudah disiapkan logistik yang bisa digunakan sewaktu-waktu untuk menangani terjadinya bencana.
Pada Januari ini memang menjadi waktu yang sangat rawan terjadinya banjir seiring dengan semakin besaarnya intensitas hujan di Jawa Tengah. Selain itu, saat ini air laut yang pasang ke daratan juga sangat besar.
Pada 2010 ini, Provinsi Jawa Tengah mengalokasikan anggaran dana senilai Rp 35 miliar yang masuk dalam pos dana tak terduga. Dana ini memang khusus disiapkan untuk bencana yang bisa diambil sewaktu-waktu. Alokasi dana bencana ini lebih besar dibandingkan pada 2009 lalu yang besarnya Rp 25 miliar.
ROFIUDDIN