Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sultan Yogya Minta Benih Tanaman untuk Lahan Kritis

image-gnews
Sri Sultan Hamengku Bawono menyampaikan pidato pada acara peringatan Jumenengan Dalem di Pagelaran, Keraton Yogyakarta, 18 Mei 2015. Sri Sultan HB X dinobatkan sebagai Raja Mataram Islam sejak 7 Maret 1989. TEMPO/Pius Erlangga.
Sri Sultan Hamengku Bawono menyampaikan pidato pada acara peringatan Jumenengan Dalem di Pagelaran, Keraton Yogyakarta, 18 Mei 2015. Sri Sultan HB X dinobatkan sebagai Raja Mataram Islam sejak 7 Maret 1989. TEMPO/Pius Erlangga.
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta -Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X meminta bantuan benih kepada Menteri Kehutanan untuk ditanam di lahan kritis milik petani. Luas lahan kritis di Yogyakarta mencapai 25.700 hektare. Dia berharap bantuan benih tersebut bisa menumbuhkan kemandirian perekonomian desa di sektor kehutanan.

 “Pemberdayaan lahan kritis masuk kebijakan rehabilitasi untuk meningkatkan pendapatan petani,” kata Sultan setelah meneken nota kesepahaman tentang penelitian dan pengembangan kehutanan dengan Menteri Kehutanan Siti Nurbaya di gedung Pracimosono Kepatihan Yogyakarta, 13 Juni 2015.

 Benih yang diminta adalah jenis tanaman yang tidak membutuhkan waktu lama untuk diproduksi. Misalnya, jati purwo, yang dalam waktu 10 tahun bisa mencapai diameter 30 sentimeter sehingga bisa dipanen. Sebaliknya, jati yang ditanam Perhutani menunggu waktu 60-80 tahun untuk bisa dipanen. “Atau tanaman nyamplung, yang bijinya bisa untuk biodiesel,” kata Sultan.

 Berdasarkan data Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan R. Sutarto, dari 25.700 hektare lahan kritis, mayoritas berada di Kabupaten Gunungkidul, yakni sebanyak 18 ribu hektare. Sisanya tersebar di Kabupaten Kulon Progo, Bantul, dan Sleman.

 Sedangkan total luas lahan hutan di Yogyakarta mencapai 94 ribu hektare, meliputi hutan rakyat 76 ribu hektare, hutan negara 18.715 hektare, hutan produktif 13.411 hektare, hutan lindung 2.312 hektare, dan hutan konservasi 2.994 hektare.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 Dalam pertemuan tersebut, Menteri Siti Nurbaya menyerahkan bibit jati dan benih kayu putih kepada Sultan. Menteri Siti memberi bibit pohon jati lantaran kedua tanaman tersebut banyak ditanam di hutan-hutan di DIY. “Bahkan Nusa Tenggara Timur mau ambil kayu cendana dari Yogya,” kata Siti.

 Menteri Siti meminta masyarakat tidak hanya mengandalkan produksi dari hasil hutan untuk upaya peningkatan kesejahteraan perekonomian masyarakat kawasan hutan, mengingat waktu tanam hingga memanen membutuhkan bertahun-tahun. “Hutan juga tak sekadar untuk konservasi, tapi juga wisata,” kata Siti.

 PITO AGUSTIN RUDIANA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Warga Soal Ramalan Jakarta Tenggelam: Tiru Belanda dan Tambah Area Penyerapan

4 September 2021

Ilustrasi Kota Jakarta. Getty Images
Warga Soal Ramalan Jakarta Tenggelam: Tiru Belanda dan Tambah Area Penyerapan

Prediksi Jakarta tenggelam tak sampai 30 tahun lagi tengah menjadi sorotan publik bahkan dunia internasional.


Aktivis Yogya Minta Lahan Telantar Jadi Ruang Terbuka Hijau

29 Februari 2016

Jalan Malioboro, Yogyakarta. TEMPO/Arif Wibowo.
Aktivis Yogya Minta Lahan Telantar Jadi Ruang Terbuka Hijau

Pembangunan hotel yang memakan lahan potensial terus berlangsung, sementara lahan telantar dibiarkan tak menjadi ruang terbuka hijau.


Mahasiswa di Malang Kembangkan Model Reservoir Air Hujan  

11 September 2015

Pembangunan Gedung perkantoran. TEMPO/Dinul Mubarok
Mahasiswa di Malang Kembangkan Model Reservoir Air Hujan  

Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang mengembangkan model pemanfaatan air hujan untuk kebutuhan air bersih di gedung perkantoran.


Ratusan Ribu Hektare Lahan di Jawa Barat Kritis

16 Desember 2010

Ratusan Ribu Hektare Lahan di Jawa Barat Kritis

Sekitar 151 ribu hektar lahan yang tersebar di 26 kota/ kabupaten di Jawa Barat, kondisinya kritis.


Hampir Sebulan Disegel, Nasib Eks Taman Ria Tak Jelas  

22 Agustus 2010

Mahasiswa Arsitektur Universitas Brawijaya (UB) sedang menyelesaikan karya instalasi berjudul Jemuran Arwah pada seni instalasi di Taman Kota Jl Kertanegara Kota Malang, rabu (18/8). Himpunan Mahasiswa Arsitektur Universitas Brawijaya (UB) menggerar acara ini untuk mengenalkan seni instalasi kepada masyarakat Malang.  Foto:TEMPO/BIBIN BINTARIADI
Hampir Sebulan Disegel, Nasib Eks Taman Ria Tak Jelas  

Tak jelas juga sampai kapan lahan itu akan disegel. "Kalau urusan jadi apanya, itu Gubernur atau Dinas Tata Ruang. Yang memastikan bukan kami."


Lahan Kritis Kabupaten Cirebon Mencapai 3.834 Hektare  

16 Juli 2010

Tempo/ Firman Hidayat
Lahan Kritis Kabupaten Cirebon Mencapai 3.834 Hektare  

Jumlah tersebut terdiri dari 2.307,07 hektare lahan kritis yang terdapat di darat, dan 1.527,38 hektare di pantai.


Luas Rawa Palembang Menyusut dari 22.000 Jadi 7.300 Hektare

14 Januari 2010

Luas Rawa Palembang Menyusut dari 22.000 Jadi 7.300 Hektare

Pembangunan perumahan mewah dan gedung perkantoran membuat luas rawa di kota Palembang, Sumatera Selatan, menyusut dari 22.000 hektare menjadi sekitar 7.300 hektare.


Alih Fungsi Lahan Akibatkan Daerah Rawan Banjir di Jawa Tengah Meluas

13 Januari 2010

Alih Fungsi Lahan Akibatkan Daerah Rawan Banjir di Jawa Tengah Meluas

Banyaknya alih fungsi lahan di Jawa Tengah mengakibatkaan daerah rawan banjir di wilayah itu dari tahun ke tahun semakin meluas.


Keterwakilan Masyarakat di Dewan Citarum Minim

16 Desember 2008

Keterwakilan Masyarakat di Dewan Citarum Minim

Keterwakilan masyarakat dalam penataan kawasan sungai Citarum semakin minim. Dari 12 orang anggota Dewan Sumber Daya Alam Wilayah Citarum, hanya 5 orang yang menjadi wakil masyarakat.


Bangun di Lahan Konservasi Kena Pajak Tinggi

5 September 2008

Bangun di Lahan Konservasi Kena Pajak Tinggi

Pemerintah akan mengenakan pajak tinggi kepada pengembang yang membangun di kawasan hijau atau konservasi.