TEMPO Interaktif, Jakarta - Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI) mengungkapkan akibat pembajakan yang merajalela perusahaan rekaman yang tersisa kini hanya sekitar 32 persen.
"Dari 240 anggota asosiasi, hanya tersisa 76 perusahaan rekaman," ujar Perwakilan Asosiasi Industri Rekaman Indonesia Marulam J Hutauruk dalam diskusi di Hotel Aryaduta, Selasa (20/10)
Data tersebut dihimpun sejak asosiasi berdiri. Ia menuturkan kecil kemungkinan berkurangnya perusahaan rekaman akibat merger antar perusahaan karena tidak ada gaya merger pada perusahaan rekaman di Indonesia," jelas Marulam. Penurunan jumlah perusahaan tersebut diakibatkan karena pembajakan yang merajalela. "Indikasi akibat pembajakan itu jelas, bangkrutnya industri rekaman."
"Yang sisa 76 perusahaan saja, sudah mulai goyah," ucapnya. Prediksi Marulam hanya 12-15 perusahaan yang tetap eksis karena kekuatan finansial dan jaringan yang kuat. "Kalau yang lokal(perusahaan rekaman lokal), itu rata-rata sudah lampu kuning, hati-hati."
Data asosasi menggambarkan perbandingan produk bajakan dan produk legal dari tahun ketahun semakin timpang. Tahun 2008 misalnya, dari sekitar 20 juta produk legal, terdapat 560 juta produk bajakan. "Ini sangat mematikan industri kami," Marulam mengeluhkan.
Apalagi munculnya situs-situs pengunduh musik gratis di internet. Situs-situs tersebut, Ia menjelaskan, juga mengancam industri rekaman. Mencegah kerugian yang lebih besar, asosiasi sedang bekerjama dengan Departemen Komunikasi dan Informatika untuk menghentikan koneksi produk digital bajakan di Internet.
Industri rekaman, Ia menambahkan, berbeda dengan industri yang menghasilkan hak kekayaan intelektual lainnya. "Kami tidak perlu mendaftar untuk suatu produk," jelas Marulam. Maka agar lebih terjamin hak kekayaan intelektual, asosiasi kini tengah membuat basis data setiap karya cipta, mulai dari penyanyi, pencipta dan industri rekamannya. Tujuannya agar jika nanti ada masalah, klaim karya cipta bisa ditelusuri dengan mudah.
Pihaknya juga telah menyiapkan formulasi anti pembajakan yang strategis. "Akan siap pada pertengahan tahun 2011," urainya
DIANING SARI