TEMPO.CO, Jakarta - Bakal calon gubernur Jakarta, Ridwan Kamil (RK), menawarkan program aplikasi hingga mobil curhat untuk masyarakat menjelang Pilkada Jakarta. Program itu mendapatkan sorotan dari sejumlah psikolog.
Psikolog klinis sekaligus pendiri Cup of Stories, Fitri Jayanthi, menilai gagasan mobil curhat ala RK bisa saja menjawab permasalahan aksesibilitas terhadap masyarakat yang membutuhkan penanganan psikologis.
"Diharapkan dengan adanya mobil curhat ini, akses untuk individu melakukan konseling bisa lebih mudah dijangkau," ujar Fitri dalam pesan tertulisnya kepada Tempo melalui aplikasi WhatsApp pada Rabu, 4 September 2024.
Meski begitu, Fitri belum bisa memastikan seberapa besar dampak yang akan dihasilkan melalui program tersebut. "Keberhasilan program ini bergantung pada kualitas layanan yang diberikan dan bagaimana masyarakat menanggapi serta menggunakan layanan ini," tuturnya.
Menurut dia, kesehatan mental memiliki peran yang sama pentingnya seperti kesehatan fisik. Dalam kondisi seperti itu, jelas Fitri, akses terhadap pelayanan kesehatan mental belum diperoleh secara merata oleh warga Jakarta.
"Sampai saat ini banyak yang merasa bingung bagaimana cara mengakses tenaga profesional dan juga terkendala masalah biaya konsultasi," kata Fitri.
Fitri mengungkap bahwa masyarakat kerap menyalurkan kepenatannya melalui media sosial. Namun, sambung Fitri, sosial media hanya berperan sebagai penyalur ekspresi dari kepenatan, bukan media yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan mental.
"Maka dari itu, banyak orang yang menyalurkan kepenatannya melalui sosial media, namun tetap mencari solusi dengan mengunjungi tenaga profesional," ucapnya.
Sedangkan psikolog anak dan keluarga, Mira Amir, menyatakan belum melihat adanya dampak signifikan dari program mobil curhat milik RK. Dia juga menyebut penanganan kesehatan mental sebenarnya sudah disediakan oleh puskesmas dan bisa diakses oleh warga Jakarta.
Alih-alih meluncurkan mobil curhat, Mira menyarankan agar program RK lebih dahulu difokuskan untuk mengoptimalkan peran puskesmas dalam penanganan kesehatan mental.
"Mengapa tidak coba maksimalkan yang sudah ada lebih dulu?" kata Mira dalam sambungan telepon, Rabu, 4 September 2024.
Meski begitu, Mira turut mengapresiasi gagasan RK karena dapat memikat anak muda. "Kan kita tahu bahwa Pak RK ini punya ide yang ingin dekat dengan Gen Z," ujarnya.
Tak sampai di situ, Mira turut menyampaikan risiko yang dapat muncul dari program mobil curhat. Menurut dia, kerahasiaan klien bisa saja bocor dari adanya program tersebut.
Sebagai contoh, ketika ada klien pengguna fasilitas mobil curhat yang dilihat atau didokumentasikan oleh pengunjung lain, di situ aktivitas konsultasi bisa tersebar.
"Padahal, psikolog terikat kode etik untuk menjaga kerahasiaan," tuturnya.
Komentar soal mobil curhat juga disampaikan oleh psikolog klinis Kasandra Putranto. Menurut dia, apabila kelak janji tersebut akan direalisasikan, beberapa hal perlu diperhatikan, mulai dari izin praktik ahli kesehatan jiwa yang dihadirkan, efektivitas waktu penyediaan mobil tersebut, hingga solusi jangka panjang untuk masyarakat.
"Yang paling penting bukan hanya layanannya tersedia tapi juga bisa terjangkau dan bisa diakses seluruh masyarakat,” kata lulusan Universitas Indonesia itu dilansir dari Antara.
Dia juga mengatakan program tersebut perlu mempertimbangkan solusi jangka panjang bagi masyarakat yang curhat di mobil tersebut. Misalnya, apabila yang curhat ternyata butuh rujukan atau perlu minum obat, hal itu juga perlu mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Kasandra memberi contoh lain apabila masyarakat mengalami masalah kesehatan mental karena persoalan ekonomi, pemerintah juga mungkin dapat memberikan bantuan kepada pasien.
“Karena mencegah lebih baik daripada mengobati. Jadi saya rasa, kita perlu memberikan solusi yang betul-betul komprehensif,” ujarnya.
Selain itu, Kasandra juga menyoroti terkait efektivitas waktu Mobil Curhat. Dengan kesibukan sebagian besar masyarakat Jakarta dan padatnya lalu lintas, ia berharap hal tersebut juga menjadi pertimbangan.
Aplikasi hingga Mobil Curhat ala Ridwan Kamil
Bakal calon gubernur Jakarta dari Koalisi Indonesia Maju atau KIM Plus, Ridwan Kamil menyatakan akan membuat aplikasi curhat untuk warga Jakarta apabila terpilih menjadi gubernur dalam pemilihan kepala daerah atau Pilkada. RK mengaku ingin memberikan perhatian terhadap kesehatan mental masyarakat.
Ridwan Kamil mengatakan pemerintah Jakarta harus hadir dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan mental masyarakat. Menurut dia, aplikasi curhat bisa menjadi solusi.
"Bentuknya seperti apa? Macem-macem. Ada aplikasi online, curhatnya cukup rebahan," kata Ridwan Kamil saat ditemui wartawan di markas Tim Kemenangan Nasional (TKN) Pemilih Muda Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka atau TKN Fanta, Menteng, Jakarta Pusat pada Senin, 2 September 2024.
Ridwan Kamil menjelaskan bahwa program aplikasi curhat itu relevan dengan warga perkotaan yang kerap mengalami stres. Dia meyakini program itu dapat mendukung kesehatan mental.
Ia juga mengklaim bahwa program serupa telah berhasil dia jalankan di Bandung. Dia berharap warga Jakarta tidak lagi melampiaskan kegelisahannya ke media sosial jika program itu terealisasi. "Jadi ada aplikasi curhat biar curhatnya engga di Instagram terus lah ya," ujarnya.
Eks Gubernur Jawa Barat itu juga menawarkan program mobil curhat yang dapat diakses oleh warga Jakarta. Mobil curhat dengan konselor dan psikiater itu akan mendatangi masyarakat yang ingin berkonsultasi.
"Yang mungkin tidak fasih menggunakan aplikasi, ingin ketemu,dan susah untuk jemput bola, datanglah yang namanya mobil curhat," kata Ridwan Kamil.
Mobil curhat itu, kata Ridwan Kamil, akan didesain berwarna pink atau merah muda. Dia berjanji bahwa mobil itu nantinya akan berkeliling Jakarta untuk memenuhi kebutuhan anak muda. Tetapi, dia belum mengungkap detail dan rincian teknis program itu.
Ridwan Kamil juga menyebut bahwa program itu ditujukan agar pemuda-pemudi Jakarta berbahagia. "Negara hadir, infrastruktur besar disiapkan, kebahagiaan kecil buat gen z juga kami siapkan," ujarnya.
Pilihan editor: Paus Fransiskus: Di Indonesia, Orang Punya Anak 3-5 Itu Bagus