Adapun pakar Ilmu Politik Universitas Indonesia Cecep Hidayat menganggap terlalu dini asumsi kemungkinan Presiden Jokowi akan masuk Partai Gerindra setelah masa jabatannya berakhir.
“Meskipun ada sinyal kedekatan, belum ada indikasi jelas bahwa Jokowi akan bergabung dengan Gerindra. Banyak yang berpendapat hubungan ini lebih pada diplomasi politik dan membangun aliansi daripada langkah Jokowi untuk menjadi kader partai tertentu,” kata Cecep ketika dihubungi di Jakarta pada Ahad.
Cecep menilai Jokowi dengan jabatannya sebagai seorang kepala negara memiliki tanggung jawab untuk dekat dengan semua partai, salah satunya dengan memakai pakaian yang berwarna serupa dengan warna khas partai yang Jokowi datangi.
Dia mencontohkan ketika Jokowi menghadiri acara penutupan Musyawarah Nasional XI Partai Golkar, dia tampak mengenakan kemeja berwarna kuning. Begitu pula ketika Jokowi menghadiri acara pembukaan Kongres Ke-6 Partai Amanat Nasional (PAN), Jokowi hadir dengan mengenakan kemeja berwarna biru.
“Ini kan sebenarnya untuk memperlihatkan bahwa Jokowi dekat dan juga menjadi bagian dari semuanya. Jadi bukan serta-merta dia menjadi kader Gerindra," ucap Cecep.
Mengenai Prabowo yang beberapa kali melontarkan pujian kepada Jokowi dalam acara apel kader itu, Cecep menilai hal itu menunjukkan adanya kerja sama politik di antara mereka. Namun bukan berarti Jokowi akan bergabung dengan Gerindra.
“Itu konteksnya adalah menunjukkan kepada publik bahwa mereka sangat dekat. Jadi itu komunikasi yang disampaikan kepada publik," kata dia.
Soal masa depan politik Jokowi usai masa jabatannya berakhir, Cecep meyakini Jokowi telah memiliki exit plan dengan kelanjutan kariernya, apakah akan melanjutkan untuk peran lain atau tetap dalam politik.
“Jokowi sudah pernah bilang akan pulang kampung. Akan tetapi, dengan deretan aktivitasnya, saya kira tidak akan pulang kampung. Entah nanti misalnya menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) atau lainnya," ujarnya.
Pilihan editor: Ragam Pendapat Soal Fenomena Calon Tunggal pada Pilkada 2024