TEMPO.CO, Surabaya - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU memanggil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar untuk dimintai keterangan ihwal hubungan dua lembaga tersebut. Muhaimin alias Cak Imin dipanggil pada Rabu, 21 Agustus 2024 pukul 12.30 di Ruang Rapat Lantai 5 PBNU Jalan Kramat Raya 164 Jakarta.
Pemanggilan dilakukan seiring dengan makin memanasnya tensi hubungan PBNU-PKB akhir-akhir ini. PBNU menilai PKB telah melenceng dari desain awal pembentukannya pada 23 Juli 1998 karena mendegradasikan fungsi dewan syura sebagai pengambil keputusan-keputusan strategis organisasi.
Namun guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair) Hotman Siahaan ragu Cak Imin bersedia memenuhi panggilan itu. “Apa dia mau datang? Karena hemat saya masalah ini kental dengan nuansa perseteruan antara elite PBNU dengan Cak Imin. Dulu bagaimana posisi PKB dalam konstelasi NU kan,” kata Hotman saat dihubungi, Selasa, 20 Agustus 2024.
Pada zaman Gus Dur, kata Hotman, PKB dimaksudkan sebagai wadah berpolitik bagi warga Nahdliyin karena di NU tidak diperbolehkan. Artinya, tutur Hotman, sumber daya manusia PKB sebagian besar dari NU. Tapi sebagai partai politik, kata dia, PKB punya kebijakan sendiri.
“Pertanyaan besar kita, cawe-cawenya PBNU ini apakah bertujuan untuk mengambilalih PKB atau bagaimana? Tapi kan NU tidak boleh berpolitik, lalu bagaimana?” ujar Hotman.
Hotman berpendapat ketidakharmonisan PBNU-PKB akhir-akhir ini berawal dari pemberhentian Ketua Pengurus Wilayah NU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar dan wakilnya, KH Abdussalam Shohib. Sehingga bagi Hotman, masalah tersebut menjadi dilema.
“Kalau disebut ‘memanggil’, apa posisi PBNU terhadap PKB? Secara kesejarahan memang betul PKB dibentuk NU. Tapi dengan posisi semacam ini, di mana NU tidak boleh berpolitik, terus posisinya bagaimana (memanggil Cak Imin). Itu kan jadi pertanyaan,” kata Hotman.
Sementara itu Abdussalam Shohib yang juga pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif, Denanyar, Jombang, Jawa Timur mengatakan tak ada yang keliru bila Cak Imin mengabaikan panggilan PBNU. Sebab, menurutnya, tidak ada alasan organisatoris yang mengharuskan yang bersangkutan hadir.
“Kalau memang PBNU berniatan baik untuk memberikan rekomendasi, saya kira tak ada sulitnya utusan PBNU bersilaturahim ke kediaman Gus Muhaimin atau ke DPP PKB untuk ngopi dan diskusi,” kata Abdussalam yang juga cucu pendiri NU KH Bisri Syansuri.
Menurutnya PBNU telah kehilangan komunikasi kultural dan informal serta merasa paling tinggi sehingga pendekatannya melalui struktural dan formal. Bagi Abdussalam cara-cara tersebut bukan khas kiai NU tapi lebih ke birokrasi.
Pilihan Editor: Pansus PKB PBNU Panggil Muhaimin Iskandar Besok