TEMPO.CO, Jakarta - Sejak Pangeran Fatahillah merebut daerah pelabuhan kerajaan Sunda dari kekuasaan tentara Portugis pada 22 Juni 1527, dan mengganti namanya dari Sunda Kalapa menjadi Jayakarta, tanggal tersebutlah yang hingga kini diperingati sebagai hari lahirnya provinsi DKI Jakarta.
Dikutip dari www.Jakarta.go.id, setelah berhasil direbut kembali oleh penjajah Belanda nama Jayakarta berubah menjadi Batavia. Baru pada masa pendudukan Jepang kota megapolitan ini disebut dengan nama Jakarta Tokubetsu Shi.
Di tahun 2024 DKI Jakarta berusia 497 tahun. Tentu bukanlah suatu perjalanan yang mudah. Sebelum diakui sebagai sebuah provinsi, DKI Jakarta disebut sebagai Kota Jakarta Raya yang pemerintahannya dipimpin oleh Wali Kota. Baru pada tahun 1959 Jakarta didaulat sebagai menjadi sebuah provinsi yang dipimpin oleh gubernur.
Inilah sosok yang pernah menjadi pemimpin Jakarta saat setelah Jakarta resmi beralih status sebagai daerah provinsi
1. Sumarno Sastroatmodjo (1960- 1964)
Soemarno Sosroatmodjo yang biasa dikenal Soemarno adalah sosok pertama yang menyandang status sebagai gubernur DKI Jakarta. Sebelumnya kepemimpinan tertinggi Jakarta disebut sebagai Wali Kota, meskipun dalam jabatannya setingkat gubernur
Ia menjabat sebagai gubernur Jakarta dari 29 Januari 1960 sampai 26 Agustus 1964. Soemarno memiliki latar pendidikan dari kemiliteran sekaligus menyandang gelar me dokter dari Pendidikan Dokter NIAS, Surabaya. Pada saat menjabat ia menyoroti permasalahan kebersihan di Jakarta. Ia tutup usia pada tahun 1991 di umurnya yang ke 79 tahun, karna komplikasi penyakit.
2. Henk Ngantung (1964-1965)
Melansir p2k.unkris.ac.id, Henk ditunjuk oleh Soekarno untuk menjadi Deputi Gubernur di bawah kepemimpinan Soemarno. Soekarno memilih dirinya dengan tujuan menjadikan Jakarta sebagai kota budaya.
3. Sumarno Sastroatmojo (1965-1966)
Hendrik Joel Hermanus Ngantung memiliki nama panggung Henk Ngantung. Ia merupakan kelahiran 1 Maret 1921 di Manado, Sulawesi Utara.
Hal ini Soekarno pertimbangkan karena sebelumnya ia aktif medirikan "Gelanggang" bersama Chairil Anwar. Henk juga sempat menjadi pengurus Lembaga Persahabatan Indonesia-Tiongkok pada 1955 sampai1958.
4. Ali Sadikin (1966-1977)
Ali Sadikin atau dikenal Bang Ali merupakan salah satu Gubernur yang banyak membawa perubahan. Ali yang saat itu maju sebagai gubernur dari partai Golkar membuat salah satu gebrakan yakni meningkatkan kapasitas pariwisata dan hiburan di Jakarta.
Dalam buku memoar Bang Ali, karangan Ramadhan KH, Ali dijelaskan pergi ke Amerika untuk operasi tumor usus. Di sana, ia mengamati bahwa suatu kota akan dikatakan baik ketika mampu mengembangkan bisnis pariwisatanya.
Pelajaran itu ia refleksikan kepada Kota Jakarta. Ia mulai menyuruh Ciputra dari PT Pembangunan Jaya untuk menyulap Kawasan Ancol. Tidak hanya itu, Bang Ali juga mulai mengizinkan operasi wisata malam dan panti pijat.
5. Tjcokropranolo (1977-1982)
Letnan Jenderal purnawirawan Tjokropranolo lahir di Temanggung, Jawa Tengah pada 21 Mei 1924. Ia menempuh pendidikan dengan sistem kolonial di sekolah Europeesche Lagere Scholen (ELS) di Temanggoeng dan di sekolah Meer Uitbebreide Lagere Onderwijs (MULO) di Ambarawa.
Tjokropranolo banyak membantu perjuangan kemerdakaan Indonesia. Salah satunya sempat menjadi pengawal pribadi Panglima Besar Soedirman pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Setelah ia menjadi asisten Gubernur Ali sadikin, Ia dipercaya untuk melanjutkan perjuangannya sebagai Gubernur Jakarta pada Juli 1977.
6. R. Suprapto Golkar (1982-1987)
Soeprapto lahir pada 12 Agustus 1924 di Solo, Jawa Tengah. Ia dipercaya menjabat sebagai Gubernur Jakarta untuk menggantikan Tjokropranolo pada 1982.
Saat menjabat sebagai gubernur ia banyak melakukan pembangunan seperti, daerah pinggiran Kemang, Bintaro, dan Pondok Indah disulap menjadi Kawasan elit.
Pada masa kepemimpinannya juga sempat terjadi beberapa peristiwa kontroversial. Di antaranya ialah kebakaran di Gedung RRI Jakarta, ledakan di Gudang peluru di Cilandak. Lalu ledakan beruntun juga terjadi di kantor BCA Jalan Gajah Mada, dan di pertokoan jembatan Metro, Glodok, Jakarta Kota.
7. Wiyogo Atmodarminto golkar ( 1987-1992)
Wiyogo Atmodarminto lebih dikenal sebagai Bang Wi. Ia merupakan seorang militer, diplomat, juga politisi. Karirnya sebagai Gubernur Jakarta dimulai pada tahun 1987 sampai 1992.
Pada saat pelantikan 6 Oktober 1987, Presiden Soeharto meminta kepada Wiyogo untuk mengutamakan maslaah kebersihan di Jakarta. Hal itu ia terapkan dengan motoo kerjanya, yaitu “Bersih, Manusiawi dan Berwibawa”.
8. Surjadi Soedirdja (1992-1997)
Surjadi Soedirja merupakan seorang tokoh militer yang menjabat sebagai Gubernur pada tahun 1992 sampai 1997. Ia merupakan keluaran Akademi Militer Nasional Jurusan Infanteri pada tahun 1962.
Kebijakannya yang paling terkenal adalah memberlakukan Sistem Satu Arah (SSA) di sejumlah ruas Tol di Jakarta. Hal ini ia laksanakan demi membangun mobilitas yang nyaman bagi penduduk Jakarta.
9. Sutiyoso (1997-2007)
Sutiyoso dikenal lahir pada 6 Desember 1944 di Semarang, Jawa Tengah. Dengan latar belakang pendidikan Teknik Sipil Universitas 17 Agustus dan Akademi Militer, ia mampu menjabat sebagai Gubernur Jakarta selama dua perode.
Selain Gubernur, ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Perstuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Serta pada tahun 2019, ia mencoba untuk mencalonkan dirinya sebagai Presiden.
10. Fauzi Bowo (2007-2012)
Pria yang lahir 10 April ini merupakan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta bersama Sutiyoso (2002-2007). Kemudian, ia berhasil naik menjadi gubernur dan meneruskan perjuangan Sutiyoso dengan masa jabatan dari 2007-2012.
Banyak penginggalan kerja yang dihasillkannya. Salah satunya beberapa proyek tol yang dibuat, seperti Jalan Layang Non-Tol Casablanca dan Jalan Layang Non-Tol Antasari-Blok M.
11. Joko Widodo (2012-2014)
Sosok yang menjadi Presiden Republik Indonesia selama 2 periode ini pada awalnya memuliakan karier kepemimpinan sebagai Wali Kota Solo. Sebelum maju pada Pilpres 2014 ia menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki Tjahja Purnama dalam periode 2012 sampai 2014.
Melansir p2k.unkris.ac.id, Jokowi memiliki berbagai kebijakan yang sifatnya populis. Misalnya ia telah membangun Kampung Derert, Kartu Jakarta Pintar, dan Kartu Jakarta Sehat.
12. Basuki Tjahaja Purnama (2014-2017)
Basuki Tjahaja Purnama atau lebih dikenal Hakka Ahok merupakan seorang pengusahan dan politikus.
Dalam karir politiknya, ia menjabat sebagai Gubernur Jakarta ke-15 periode 2014 sampai 2017. Sebelumnya, ia juga menjabat sebagai Bupati Belitung Timut periode 2005 sampai 2010.
Sementara dalam ranah bisnisnya, ia melakukan investasi properti, hotel bernama Purnama Belitung, juga perusahaan pengolahan pasir.
13. Djarot Saiful Hidayat ( 2017- 2017)
Biasa dikenal sebagai djarot, lahir di Magelang, 6 Juli 1962, merupakan seorang dosen sekaligus politikus. Djarot memulai karir politiknya dengan bergabung PDIP. Lalu, ia terpilih sebagai anggota DPRD Jawa Timur periode 1999-2004.
Selanjutnya, ia lanjut menjadi Wali Kota Blitar periode 2000 sampai 2010. Baru setelahnya ia berhasil merebut kursi Gubernu Jakarta periode 2014 sampai 2017.
Kemudian ia diangkat oleh oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo sebagai bentuk Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta pada 9 Mei 2017, setelah Pengadilan Negeri Jakarta Utara menjatuhkan vonis 2 tahun penjara kepada Ahok.
14. Anies Baswedan (2017 - 2023)
Anies Baswedan menjadi gubernur DKI Jakarta ke 14, ia merupakan seorang dosen sekaligus politisi. Ia juga pernah ditunjuk oleh Jokowi sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Baru pada tahun 2017, ia menjabat sebagai Gubernur Jakarta setelah dirinya berhasil memenangi Pilgub DKI Jakarta ke-19 bersama Sandiaga Uno.
Selain nama-nama di atas nama lainnya yang pernah mengisi kepemimpinan DKI Jakarta yaitu Soewirjo, Daan Jahja, Sjamsurijal, dan Sudiro. Saat itu Jakarta masih berstatus sebagai daerah Kota dan pemimpin tertingginya menjabat sebagai walikota.
TIARA JUWITA | FATHUR RACHMAN
Pilihan Editor: PKS Resmi Usung Anies Baswedab - Sohibul Ilman di Pilkada Jakarta 2024