Pada prinsipnya, AHY mengatakan, Partai Demokrat menghitung kans kemenangan calon yang mereka usung di Pilkada 2024. Sebab itu, proses komunikasi politik di setiap daerah tidak bisa disamakan.
"Kami, Partai Demokrat, juga tidak ingin gegabah. Terlalu cepat, tetapi tidak matang, enggak bagus. Terlalu lambat dan ketinggalan, rugi sekali. Jadi, artinya harus pas, it's all about timing (ini semua tentang waktu)," kata AHY.
Soal komunikasi politik Demokrat dengan partai koalisinya di Pilpres lalu, AHY mengatakan tetap menjalin komunikasi mengenai Pilkada dengan mereka.
"Dan semangatnya bagus, kita ingin sama-sama melihat peluangnya bagaimana. Kalau memang ada kebersamaan yang bisa dilakukan, itu ideal. Artinya, punya kandidat yang sama-sama disepakati, yang sama-sama merasa punya kans paling besar untuk menang, itu ideal sekali," tutur AHY.
Namun, Menteri Agraria dan Tata Ruang ini menyebut dinamika yang terjadi memungkinkan adanya perubahan koalisi antaranggota Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada 2024. Karena, kata dia, kompleksitas Pilkada bisa saja berbeda dengan pemilihan presiden dan wakil presiden.
"Tentu selalu ada dinamikanya dan itu wajar, itu wajar. Kita partai-partai politik dalam Koalisi Indonesia Maju juga menyadari itu," ujar AHY.
Hingga saat ini, belum ada satu pun partai politik yang mendeklarasikan dukungan untuk Pilkada di tiga provinsi di Pulau Jawa yaitu Pilkada DKI, Pilkada Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Adapun di Jawa Timur, partai-partai di Koalisi Indonesia Maju sepakat bakal mendukung mantan Gubernur Khofifah Indar Parawansa untuk maju kembali. Hingga saat ini, belum ada nama selain Khofifah yang ada di bursa pemilihan gubernur Jawa Timur.
Sementara untuk Jawa Barat, hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting atau SMRC pada 27 Mei-2 Juni 2024 menunjukkan mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memperoleh elektabilitas tertinggi sebagai calon gubernur Jawa Barat apabila pilkada digelar saat survei dilangsungkan.
“Pertama, di atas adalah RIdwan Kamil dengan elektabilitas di top of mind 25,2 persen,” kata Direktur Eksekutif SMRC Deni Irvani dalam program bertajuk “Peluang Calon-Calon di Pilgub Jabar” yang disiarkan di kanal YouTube SMRC TV, dipantau dari Jakarta, Jumat.
Dalam hasil survei pertanyaan terbuka (top of mind) itu, nama mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi kemudian berada di urutan kedua (16,3 persen); lalu mantan Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto di urutan ketiga (1,3 persen); dan mantan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar di urutan keempat (0,9 persen).
Pilihan Editor: Gerindra Sebut 3 Kandidat Perempuan Pendamping Supian Suri di Pilkada Depok, Siapa Berpeluang?