Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

6 Tokoh Kebangkitan Nasional: Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker, hingga Cipto Mangunkusumo

image-gnews
Tiga serangkai di Indonesia (Soewardi Soerjadiningrat, Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoema). Dok. Museum Kebangkitan Nasional
Tiga serangkai di Indonesia (Soewardi Soerjadiningrat, Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoema). Dok. Museum Kebangkitan Nasional
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Hari Kebangkitan Nasional tak bisa dilepaskan dari beberapa sosok yang berperan penting dalam peristiwa itu. Dari jajaran para tokoh tersebut, ada enam nama yang tak terlupakan dalam sejarah pergerakan bangsa ini.

Setiap tokoh memiliki peran yang unik dalam membangkitkan semangat kebangsaan dan memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia. Dari kegiatan jurnalis hingga mendirikan organisasi, dari usaha dalam bidang pendidikan hingga gerakan politik, mereka memberikan kontribusi besar dalam mencapai cita-cita kemerdekaan.

Dr Wahidin Sudirohusoso

Wahidin Sudirohusodo lahir di Desa Mlati, Sleman, Yogyakarta pada 7 Januari 1852. Ia dan kakaknya bersekolah di Sekolah Desa yang didirikan oleh pemerintah kolonial. Pada 1864, Wahidin masuk ke Sekolah Rakyat Rendah Eropa (ELS) di Yogyakarta dan melanjutkan ke Tweede Europese Lagere School.

Pada 1869, Wahidin melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dokter Jawa (STOVIA) dan lulus dalam waktu 22 bulan. Ia pun menjadi asisten guru selama beberapa tahun. Atas keprihatinannya dengan keterbatasan anggaran dana pendidikan, pada 1906, ia berkeliling Jawa untuk menghimpun dana beasiswa, mendirikan Studie Fonds atau Yayasan Beasiswa.

Pada 1901, Wahidin menjadi direktur majalah Retnodhoemilah, yang diterbitkan dalam bahasa Jawa dan Melayu untuk kalangan priyayi. Ide menghimpun beasiswa ini menarik perhatian Sutomo, seorang mahasiswa STOVIA, yang kemudian mendirikan organisasi Budi Utomo pada 1908.

Dr Soetomo

Dikutip dari buku tentang Dr. Soetomo terbitan Museum Kebangkitan Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Raden Soetomo lahir dengan nama Soebroto di Ngepeh, Nganjuk, Jawa Timur, pada 30 Juli 1888.

Masa kecilnya banyak dihabiskan bersama kakek-neneknya karena ayahnya bertugas sebagai guru di Rembang. Setelah neneknya meninggal, Soetomo kembali tinggal bersama orang tuanya dan bersekolah dengan nama Soetomo.

Usai menyelesaikan pendidikan di ELS, ia memilih untuk melanjutkan ke STOVIA di Batavia, meski kakeknya menginginkan ia menjadi pegawai pangreh praja. Soetomo diterima di STOVIA pada 10 Januari 1903 dan lulus pada 12 April 1911.

Pada akhir 1907, dr. Wahidin Soedirohoesoedono menginspirasi Soetomo dan rekan-rekannya di STOVIA untuk mendirikan organisasi yang mendorong kemajuan pendidikan dan kebudayaan bagi pemuda bumiputra. Pada 20 Mei 1908, Soetomo bersama rekan-rekannya membentuk Boedi Oetomo, dengan Soetomo sebagai ketuanya. Organisasi ini menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan nasional, dan kelahirannya kini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Suwardi Suryaningrat lahir pada 2 Mei 1889. Dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, putra keluarga bangsawan Pakualaman ini mendapat pendidikan di ELS dan STOVIA sebelum terjun ke dunia jurnalistik.

Tulisannya yang kritis terhadap penjajah membuatnya diasingkan ke Belanda bersama Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, menjadi Tiga Serangkai. Meski berasal dari keluarga priyayi, Ki Hajar Dewantara bersahaja dan dekat dengan rakyat.

Cintanya pada pendidikan dan budaya Jawa mendorong berdirinya Perguruan Taman Siswa pada 1922. Ki Hajar Dewantara juga berperan dalam penghapusan Undang-Undang Sekolah Liar yang membatasi pendidikan di Indonesia. Pengabdiannya diakui dengan gelar doktor honoris causa dari UGM dan pengangkatan sebagai Pahlawan Nasional.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Douwes Dekker atau Setiabudi

Ernest Douwes Dekker lahir di Pasuruan pada 7 Oktober 1879 dan meninggal pada 28 Agustus 1950. Menempuh pendidikan di HBS Batavia, Ernest kemudian bekerja di perkebunan kopi Sumber Duren, Gunung Semeru, di mana ia menyaksikan eksploitasi kolonial terhadap pribumi.

Pada Februari 1900, ia bertolak ke Afrika Selatan dan menjadi sukarelawan membantu orang-orang Boer melawan Inggris. Setelah ditahan oleh pemerintah Inggris pada 1902, Ernest kembali ke Hindia Belanda dan memasuki dunia politik serta jurnalisme.

Ernest lalu menjadi reporter di De Locomotief dan kemudian bergabung dengan Soerabaiasch Handelsblad serta Bataviaasch Nieuwsblad. Ia mendirikan majalah Tijdschrift yang kemudian berganti nama menjadi De Express, di mana ia sering menulis pro-kaum Indo dan pribumi serta kontra terhadap kolonialis.

Pada 6 September 1912, ia bersama Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara mendirikan Indische Partij, partai politik pertama di Indonesia. Setelah partai ini dibubarkan pada 1921, Ernest mendirikan Kesatrian Institut di Bandung dan menjadi ketuanya.

Dr Cipto Mangunkusumo

Dikenal sebagai "Dokter Rakyat," Cipto lahir pada 4 Maret 1886 di Jepara. Ia dikenal karena prestasinya dalam bidang kedokteran dan perjuangan politik untuk kemerdekaan Indonesia.

Sebagai lulusan STOVIA, Cipto berhasil membasmi penyakit pes di Malang, yang membuatnya mendapatkan penghargaan dari Belanda. Namun, ia menolak penghargaan tersebut karena prinsipnya. Aktif dalam Indische Partij, Cipto memberikan pemikiran penting bagi generasi muda.

Semangat patriotiknya tercermin dalam semboyannya, "Rawe-rawe rantas, malang-malang putung." Meskipun telah tiada, perjuangan dan kontribusinya terus diabadikan dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia.

HOS Tjokroaminoto

Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto merupakan tokoh besar dari Ponorogo, lahir pada 16 Agustus 1882. Ia adalah cucu dari RM Adipati Tjokronegoro yang pernah menjadi bupati Ponorogo. Sebagai pendiri Sarekat Islam, ia memiliki hubungan keluarga dengan RM Mangoensoemo, wakil bupati Ponorogo, serta silsilah dengan Kiai Ageng Hasan Besari, pendiri Pondok Pesantren Tegalsari.

Saat ini, namanya diabadikan sebagai nama jalan protokol di Ponorogo, menunjukkan penghargaan atas kontribusinya. Sebagai Guru Bangsa, peran Tjokroaminoto sangat dikenang, terutama saat memimpin sejumlah tokoh besar seperti Soekarno, Semaoen, dan Tan Malaka. Rumah kosnya di Surabaya menjadi tempat berkumpul para murid yang kelak memimpin pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Pilihan Editor: 20 Link Twibbon Rayakan Hari Kebangkitan Nasional

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Perjalanan Inspiratif Mila dari Serang, Banten

20 Mei 2024

Perjalanan Inspiratif Mila dari Serang, Banten

Mila, seorang perempuan dengan perjalanan yang memancarkan ketangguhan dan dedikasi, telah menorehkan jejak yang membanggakan, dari gemerlap prestasi sebagai atlet pencak silat hingga menjadi tiang utama di keluarga dan lingkungan kerja di PNM.


Sejarah Hari Pendidikan Nasional 2 Mei dan Tema Peringatan di 2024

2 Mei 2024

Ilustrasi peringatan hari pendidikan nasional di Y.A.I.
Sejarah Hari Pendidikan Nasional 2 Mei dan Tema Peringatan di 2024

Hari Pendidikan Nasional menjadi salah satu hari bersejarah yang juga bertepatan dengan hari ulang tahun bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara.


Mengenal Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional yang Pernah Jadi Jurnalis

2 Mei 2024

Calon peserta didik melintas di depan mural Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara di Posko Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMA Negeri 70 Jakarta, Rabu, 8 Juli 2020. Hari ini merupakan hari terakhir PPDB di DKI Jakarta. TEMPO/ Hilman Fathurrahman W
Mengenal Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional yang Pernah Jadi Jurnalis

Mengenal Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional


10 Twibbon Hari Pendidikan Nasional dan Cara Mendownloadnya

2 Mei 2024

Ilustrasi anak SD. Tempo/Budi Yanto
10 Twibbon Hari Pendidikan Nasional dan Cara Mendownloadnya

Hardiknas 2024 mengusung tema "Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar". Berikut 10 Twibbonize Hari Pendidikan Nasional dan cara mendownload.


Makna Logo Pendidikan Tut Wuri Handayani, Ada Belencong Garuda

2 Mei 2024

Warga membeli seragam sekolah di Pasar Jatinegara, Jakarta, Ahad, 29 Agustus 2021. Permintaan seragam sekolah meningkat menjelang pelaksanaan sekolah tatap muka di Jakarta yang akan dimulai Senin esok, 30 Agustus 2021. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Makna Logo Pendidikan Tut Wuri Handayani, Ada Belencong Garuda

Makna mendalam dibalik logo pendidikan Indonesia, Tut Wuri Handayani


HUT UGM ke-74, Peran Besar Sri Sultan Hamengkubuwono IX Dirikan Universitas Gadjah Mada

19 Desember 2023

Sultan Hamengkubuwono IX. Dok. Museum Hamengku Buwono IX Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
HUT UGM ke-74, Peran Besar Sri Sultan Hamengkubuwono IX Dirikan Universitas Gadjah Mada

Hari ini UGM genap berusia 74 tahun. Sultan Hamengkubuwono IX punya peran besar mendirikan Universitas Gadjah Mada.


Profil Nyi Ageng Serang, Buyut Ki Hajar Dewantara yang Pernah Berperang Bersama Pangeran Diponegoro

11 November 2023

Nyi Ageng Serang. jogjaprov.go.id
Profil Nyi Ageng Serang, Buyut Ki Hajar Dewantara yang Pernah Berperang Bersama Pangeran Diponegoro

Nyi Ageng Serang punya darah pahlawan. keturunan Sunan Kalijaga dan nenek buyut Ki Hajar Dewantara itu adalah penasehat Pangeran Diponegoro.


Mengenang H. Agus Salim, Berikut Profil The Grand Old Man Hubungannya dengan RA Kartini dan Tjokroaminoto

5 November 2023

H. Agus Salim. Wikipedia.com
Mengenang H. Agus Salim, Berikut Profil The Grand Old Man Hubungannya dengan RA Kartini dan Tjokroaminoto

Mengapa H. Agus Salim dijuluki the Grand Old Man? Apa pula hubungannya dengan RA Kartini dan HOS Tjokroaminoto?


Profil Ulama Besar Asal Ponorogo KH Hasan Besari, Kakek HOS Tjokroaminoto Guru Ronggowarsito

23 September 2023

KH Hasan Besari ulama besar Ponorogo. istimewa
Profil Ulama Besar Asal Ponorogo KH Hasan Besari, Kakek HOS Tjokroaminoto Guru Ronggowarsito

KH Hasan Besari dikenal sebagai ulama besar asal Ponorogo pada abad ke-19 yang juga pengasuh Pondok Pesantren Gebang Tinatar.


73 Tahun Douwes Dekker Berpulang, Siapa Berikan Nama Jadi Danudirja Setiabudi?

28 Agustus 2023

Soekarno berdiskuasi dengan Douwes Dekker (kanan) dan istri Douwes Dekker, Johanna (kiri), setelah kedatangannya di Yogyakarta (1947).  KITLV
73 Tahun Douwes Dekker Berpulang, Siapa Berikan Nama Jadi Danudirja Setiabudi?

Douwes Dekker telah berpulang 73 tahun lalu. Ia termasuk salah seorang pendiri partai politik pertama Indisce Partij. Siapa yang mengganti namanya?