TEMPO.CO, Jakarta - Sejak 26 tahun yang lalu, bulan Mei selalu dikenang sebagai lahirnya Reformasi Indonesia yang patut dirayakan. Namun bagi sebagian masyarakat, bulan ini justru membawa kenangan luka yang mendalam dan masih berusaha untuk menuntut keadilan meski tak pernah menemukan jawaban.
Momentum penting bagi sejarah Indonesia terjadi pada Mei 1998, tepatnya ketika Presiden Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya pada 21 Mei pukul 09.00 WIB.
Namun selain hari bersejarah itu, serangkaian peristiwa juga terjadi di bulan tersebut yang hingga kini masih banyak meninggalkan tanya. Salah satunya adalah penculikan terhadap 13 aktivis periode 1997/1998 yang sampai saat ini membuat pihak keluarga masih terus menuntut pertanggungjawaban dari pemerintah.
Berdasarkan data KontraS, kasus penculikan terhadap aktivis itu terjadi pada Februari-Mei 1997/1998 dengan rincian, 9 orang dikembalikan serta 13 orang masih hilang.
Adapun 9 orang yang dikembalikan ialah : Aan Rusdiyanto, Andi Arief, Desmon J Mahesa, Faisol Reza, Haryanto Taslam, Mugiyanto, Nezar Patria, Pius Lustrilanang, dan Raharja Waluya Jati.
Sedangkan13 orang yang belum kembali hingga sekarang, terdiri dari;
1. Dedy Hamdun, 29 Mei 1998. Diambil paksa di Jakarta.
2. Hermawan Hendrawan, 12 Maret 1998. Diambil paksa di Jakarta
3. Hendra Hambali, 14 Mei 1998. Diambil paksa di Jakarta
4. Ismail, 29 Mei 1997. Diambil paksa di Jakarta
5. M Yusuf, 7 Mei 1997. Diambil paksa di Jakarta
6. Nova Al Katiri, 29 Mei 1997. Diambil paksa di Jakarta.
7. Petrus Bima Anugrah, Minggu ke III
bulan Maret 1998. Diambil paksa di Jakarta.
8. Sony, 26 April 1997. Diambil paksa di Jakarta .
9. Suyat, Februari 1997. Diambil paksa di Jakarta
10. Ucok Munandar Siahaan, 14 Mei 1998 Diambil paksa di Jakarta.
11. Yadin Muhidin, 14 Mei 1998. Diambil paksa di Jakarta.
12. Yani Afri, 26 April 1997. Diambil paksa di Jakarta.
13. Wiji Tukul, Mei 1998. Diambil paksa di Jakarta.
Pada saat itu, atas desakan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri, membuat Panglima ABRI Jendral TNI Wiranto membentuk Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang kemudian memecat 11 orang anggota Kopasus yang dinilai terlibat dalam kasus tersebut. Selain itu, pada 24 Agustus 1998 Letjen TNI Prabowo Subianto selaku mantan Panglima Komando Cadangan Strategis (Pangkostrad) diberhentikan dari dinas kemiliteran.
Pegiat Hak Asasi Manusia (HAM) melakukan aksi kamisan yang ke-813 di seberang Istana, Gambir, Jakarta, Kamis, 25 Apri 2024. Dalam aksinya masa menuntut Presiden Joko Widodo untuk menuntaskan pelanggaran HAM yang terjadi di Aceh dengan dituduh terlibat GAM serta mengidentifikasi penemuan tulang manusia di reruntuhan Rumoh Geudong. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Namun hingga 2003, tidak ada perkembangan atas proses penuntasan kasus Penculikan aktivis 1997-1998. Korban dan keluarga korban penculikan aktivis 1998 yang kemudian disebut IkoHi (Ikatan Keluarga Orang Hilang) didampingi KontraS kembali menuntut Komnas HAM untuk membentuk tim penyelidik atas kasus penghilangan paksa. Tak kurang dari 4 kali korban dan keluarga korban melakukan audiensi dan aksi ke Komnas HAM untuk mempertanyakan kasus penculikan.
Pada Kamis, 18 Januari 2007 sebuah aksi diam di depan Istana Presiden pertama kali dilakukan oleh Maria Katarina Sumarsih, yang merupakan Ibu dari Wawan (korban Tragedi Semanggi I), Suciwati (istri Aktivis HAM Munir), dan Bedjo Untung yang tergabung dalam Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) dan pencetus gerakan ini.
Aksi Kamisan muncul sebagai bentuk protes para keluarga korban Tragedi 1965, Semanggi I, Semanggi II, Trisakti, Tragedi 13-15 Mei 1998, kasus Talangsari, kasus Tanjung Priok, pembunuhan aktivis Munir, dan kasus HAM lainnya yang belum terselesaikan.
Dikutip dari Sejarah Aksi Kamisan Jakarta: Gerakan Sosial Baru Tahun 2007-2021 pemilihan lokasi di depan Istana Presiden sebagai simbol pusat kekuasaan. Pakaian ditentukan berwarna hitam dan payung hitam sebagai maskot Aksi Kamisan.
Sejak saat itu, setiap Kamis sore, siapapun yang tertarik untuk menuntut keadilan dan penyelesaian kasus pelanggaran HAM di negara ini turut bergabung dalam Aksi Kamisan. Seperti pada, 30 Agustus 2007, KontraS bersama IKOHI dan keluarga korban melakukan reli ke Istana Negara membawa tema Aksi Kamisan saat itu yakni Pekan Penghilangan Paksa.
Hingga 17 Januari 2024, tepatnya 17 tahun Aksi Kamisan telah berjalan, lewat tema yang dibawa: Orang Silih Berganti, Aksi Kamisan Tetap Berdiri. Aksi Kamisan telah menyebar hingga dilaksanakan di daerah-daerah selain Jakarta bahkan juga lewat media sosial dan tagar Aksi Kamisan sempat trending di X beberapa kali.
Saat Aksi Kamisan ke-807 yang dilaksanakan Kamis, 29 Februari 2024 yang digelar oleh Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) menyoroti tentang Presiden Jokowi yang memberikanpangkat kehormatan kepada Prabowo Subianto. Dalam aksi di depan Istana Merdeka itu, mereka menuntut pencabutan pangkat yang diberikan kepada Prabowo atas keterlibatannya dalam penculikan aktivis 1997-1998.
SUKMASARI | YOLANDA AGNE | NOVALI PANJI NUGROHO
Pilihan editor: Mei Bulan Reformasi: Kapan #Reformasidikorupsi Mulai Muncul, Apa Pencetusnya?