TEMPO.CO, Jakarta - Presiden terpilih, Prabowo Subianto, mengusulkan pembentukan Presidential Club yang bertujuan untuk mewadahi presiden terdahulu berdiskusi dan bertukar pikiran. Lalu, bagaimana pandangan para pengamat mengenai usulan tersebut?
1. Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin
Dilansir dari Antara, pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai bahwa pembentukan klub tersebut sebagai upaya menjembatani perbedaan pada presiden terdahulu.
Hingga saat ini, kata Ujang, terkesan masih ada perbedaan hingga hubungan yang tidak harmonis di antara para presiden terdahulu. Sehingga, menurut dia, upaya Prabowo untuk menyatukan para pendahulunya itu menjadi sinyal positif.
"Bisa saja menjadi bridging bagi Prabowo untuk bisa menyatukan mantan-mantan presiden itu, untuk bersatu, rekonsiliasi untuk islah, agar baik-baik di antara mereka," kata Ujang saat dihubungi di Jakarta.
Meski belum tentu akan diterima oleh presiden terdahulu, Ujang menganggap gagasan Prabowo perlu dihormati demi kepentingan bangsa. Presidential Club menjadi wadah Prabowo untuk menyerap ide atau gagasan dari presiden terdahulu.
"Terkait dengan pengalaman-pengalaman ketika menjadi presiden, untuk bisa diambil pelajarannya bagi Prabowo, ketika Prabowo jadi presiden," katanya.
2. Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno
Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menilai pembentukan klub itu merupakan ide yang bagus dan keren. Ia pun melihat pembentukan klub kepresidenan memiliki dua tujuan.
“Pertama, Prabowo bisa berkomunikasi dan bisa menimba banyak pengalaman dari presiden sebelumnya. Kedua, menjaga ajang para mantan presiden dan presiden yang sedang berkuasa untuk saling bertukar pikiran dan informasi,” ujar Adi ketika dihubungi, Sabtu, 4 Mei 2024.
Namun, Adi mengklaim ada problem dalam rencana pembentukan klub tersebut, yakni hubungan personal para mantan-mantan presiden yang sepertinya punya jarak psikologis cukup serius.
“Misalnya, Megawati dan SBY sejauh ini belum pernah terlihat. Apalagi Megawati dan Jokowi yang konflik politiknya baru mulai di pilpres 2024, (itu) sulit cari obatnya. Atau antara SBY dan Jokowi pun belum terlihat akrab sekali,” ujarnya.
3. Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro
Pengamat politik yang merupakan anggota peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro, menilai adanya keinginan Prabowo untuk memiliki hubungan harmonis dengan para mantan presiden dari gagasan tersebut.
Dia menyoroti bahwa Prabowo mungkin melihat adanya ketegangan dalam transisi kepemimpinan sebelumnya. “Prabowo mungkin melihat selama ini transisi kepemimpinan di Indonesia kurang berjalan smooth (lancar),” ujar Bawono kepada Tempo, Sabtu, 4 Mei 2024.
Upaya Prabowo untuk membentuk Presidential Club patut diapresiasi meskipun tantangannya besar. Menurut Bawono, untuk mewujudkannya mungkin juga tidak mudah. “Bahkan di dalam beberapa kasus cenderung terjadi ketegangan seperti transisi dari Megawati kepada SBY,” tambah Bawono.
ANDIKA DWI | DEFARA DHANYA PARAMITHA | ADINDA JASMINE PRASETYO
Pilihan Editor: Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?