TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Deddy Sitorus angkat bicara soal rencana Presiden Joko Widodo atau Jokowi bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Deddy menyebut rencana Jokowi itu hanya gimik politik murahan di tengah suasana Idul Fitri. Selain itu, Deddy membandingkan Jokowi dengan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia juga menyinggung cawe-cawe Jokowi di Pemilu 2024. Berikut pernyataan Deddy Sitorus yang dilansir dari Tempo.
Gimik politik
Rencana Jokowi untuk bertemu Megawati, menurut Deddy, hanyalah gimik politik di tengah suasana Idul Fitri. Menurutnya, Jokowi nyaris mustahil memiliki keberanian untuk bersilaturahmi dengan Megawati setelah catatan abuse of power yang dilakukan oleh Jokowi.
“Saya kira itu hanya gimik politik murahan. Sama seperti statement Gibran (putra Jokowi) yang ingin berailaturahmi dengan Mas Ganjar. Menurut saya konsteksnya hanya gimik,” kata Deddy kepada Tempo, Sabtu, 13 April 2024.
Ia menyebut gimik tersebut lahir dari perilaku narsistik yang berpikir bahwa semesta ini berpusat pada diri mereka. Padahal, kata dia, momen Idul Fitri seharusnya ajang silaturahmi dan bukan momen politik.
“Isu ingin silaturahmi itu justru upaya memojokkan Bu Mega dan Ganjar Pranowo. Bukan sesuatu yang tulus,” tutur Deddy.
Dibandingkan dengan SBY
Deddy membandingkan kesalahan Jokowi dan SBY terhadap Megawati. Menurutnya, kesalahan Jokowi lebih banyak daripada SBY. Ia menuturkan kesalahan SBY adalah berbohong kepada Megawati ketika hendak mencalonkan diri sebagai presiden untuk Pilpres 2004 bersanding dengan Jusuf Kalla.
Saat itu SBY menjabat Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan di bawah Presiden Megawati. Menurut Deddy, seharusnya SBY berkata jujur seperti Yusril Ihza Mahendra dan Hamzah Haz.
“Pak SBY itu salahnya dulu bilang tidak nyapres ketika ditanya, tetapi kemudian terbukti dan nyalon, bahkan sudah bikin partai. Jadi kesalahannya hanya itu dan tidak pernah berusaha bersikap ksatria,” kata Deddy.
Sementara Jokowi, lanjut Deddy, memiliki banyak kesalahan terhadap Megawati dan PDIP. Ia mencontohkan Jokowi berbohong dengan mengatakan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, belum layak menjadi cawapres. Namun ternyata dimajukan dengan mengintervensi Mahkamah Konstitusi.
“Beliau berbohong hingga detik-detik terakhir dan lalu secara vulgar menyatakan akan mengalahkan capres dari PDI Perjuangan,” tutur Deddy.