TEMPO.CO, Yogyakarta - Jemaah Masjid Aolia di Gunungkidul merayakan hari raya Idulfitri hari ini, Jumat, 5 April 2024. Penetapan hari Lebaran ini lebih cepat dibandingkan pemerintah atau organisasi keagamaan besar seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah yang hari ini masih menjalankan puasa Ramadan.
Para jemaah Masjid Aolia itu melaksanakan salat Id di aula rumah Imam jemaah masjid Aolia Kyai Haji Ibnu Hajar Pranolo yang akrab disapa Mbah Benu di Padukuhan Panggang III, Kalurahan Giriharjo, Panggang, Kabupaten Gunungkidul Jumat pukul 06.00 WIB.
Sebagian jemaah juga menggelar salat id di Masjid Aolia yang berjarak sekitar 30 meter dari rumah Mbah Benu. "Saya tidak tahu jemaah ini datang dari daerah mana saja," kata Mbah Benu, Jumat.
Mbah Benu menuturkan jemaahnya yang tersebar di seluruh dunia juga melaksanakan salat id hari ini. Yang ia ketahui jemaahnya ada dari di Kalimantan, Papua, Malaysia, India hingga Inggris.
"Mereka tak diundang, semua datang sukarela, Allah maha mengetahui semua ciptaan-Nya," kata dia.
Adapun terkait lebih awalnya pelaksanaan salat Id itu, Mbah Benu mengatakan tidak ada metode penghitungan hari seperti umumnya, melainkan berdasar keyakinan bersama. "Sesuai keyakinan," kata dia.
Salah satu jemaah yang masih kerabat Mbah Benu, Danu, mengatakan pihaknya juga tidak mengetahui persis jemaah yang datang berasal dari mana saja. "Kurang lebihnya (jumlah jemaah yang ikut salat id) tidak terdata," kata Danu.
Namun yang ia ketahui, ujar Danu, para jemaah itu selain berasal dari Gunungkidul, ada juga dari Jawa Tengah seperti Semarang dan Salatiga, serta ada pula yang berasal dari Jakarta, Bekasi, dan Kota Yogyakarta.
"Untuk pelaksanaan salad id kami tidak ada kendala sama sekali meski lebih cepat," kata Danu.
Ia menegaskan tidak ada larangan dari pihak luar kepada para jemaah Aolia menggelar Idulfitri lebih awal. Baik dari pemerintah, aparat, maupun kelompok organisasi kemasyarakatan tertentu.
"Karena dengan aparat kami juga selalu menjalin hubungan baik, dengan lingkungan wilayah juga," kata Danu. "Prinsip kami selalu menjaga kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia yang kami cintai."
Kepala Bidang Urusan Agama Islam Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Jauhar Mustofa menuturkan, jemaah Masjid Aolia Gunungkidul ini memiliki prinsip sendiri dalam menentukan jadwal awal Ramadhan dan Syawal. Kelompok ini memulai puasa Ramadan sejak 7 Maret 2024. Berbeda dengan penetapan pemerintah pada 12 Maret.
"Mereka punya dalil sendiri yang diyakini oleh Imam dan para pengikutnya, terutama kapan memulai puasa dan Lebaran," kata Jauhar.
Aktivitas jemaah Aolia pun telah disampaikan ke Kementerian Agama. "Kami tidak bisa memaksakan aturan yang dipakai pemerintah, meskipun perbedaan (perayaan Idul Fitri Aolia) mencolok karena bedanya lima hari (dengan perkiraan jadwal pemerintah)," kata Jauhar.
Kanwil Kemenag DIY sejauh ini telah melakukan pendekatan dengan kelompok itu dengan silaturahmi. Misalnya, saat menjelang Lebaran, kelompok ini tak mengkumandangkan takbir untuk menghormati kelompok muslim lain yang belum berlebaran. "Pemerintah menghormati keberadaan jemaah ini, dan saling menjaga silaturahmi," kata dia.
Pilihan Editor: Presiden Jokowi Diagendakan Rayakan Idulfitri dan Open House di Jakarta