TEMPO.CO, Jakarta - Gudang peluru TNI milik Kodam Jaya di Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat meledak sekira pukul 18.00 WIB, Sabtu, 30 Maret 2024. Unggahan video yang disebarkan oleh akun @duwiry di media sosial X menggambarkan kobaran api dari kejauhan yang membuat langit sekitar merah. Pihak TNI mengatakan tidak ada korban jiwa dalam ledakan gudang amunisi tersebut dan sebanyak 133 keluarga dievakuasi.
Ternyata peristiwa tersebut bukanlah yang pertama. Kejadian serupa pernah terjadi pada masa Orde Baru. Warga Bandung zaman dulu mengenal peristiwa itu sebagai beledug Bojongkoneng. Beledug dalam bahasa Indonesia berarti ledakan. Menurut sejumlah orang tua, saat itu suara ledakan terdengar hingga puluhan kilometer. Alhasil insiden itu disebut beledug Bojongkoneng.
Insiden itu berasal dari sebuah truk berisi amunisi yang sudah diapkir meledak di dopuspal V Bojong Koneng, Bandung, sekitar pukul 9 pagi, 13 Maret 1985. Ledakan itu terjadi pada gudang nomor 27, menyebabkan 18 orang meninggal.
Insiden bermula ketika truk amunisi yang sudah diapkir itu mulai dibongkar dan dimasukkan ke gudang Dopuspal V (Depo Pusat Peralatan V), Bandung. Depo ini merupakan instansi di bawah Puspalad (Pusat Peralatan Angkatan Darat). Ketika truk pertama sudah diselesaikan, pada waktu membongkar truk kedua, sekitar pukul 10 pagi ledakan pertama terjadi.
Tidak jelas bagaimana kronologi sesungguhnya dan mengapa ledakan bisa terjadi. Karena semua petugas yang ada di dalam gudang, seperti supir truk yang berada di dekat truknya, meninggal dunia. Artinya kejadian tersebut tidak memiliki saksi mata, sehingga disimpulkan karena penyebab kesalahan teknis. Korban yang tewas ada 12 orang anggota militer dan 6 karyawan sipil.
Dilansir dari Majalah Tempo edisi 23 Maret 1985, menurut Kepala Penerangan Laksusda Jabar Letnan Kolonel Zumarnis Zein, musibah itu disebabkan kecelakaan teknis pada saat amunisi yang sudah tua itu diturunkan dari kendaraan ke gudang, untuk selanjutnya dimusnahkan. Musibah itu tidak menimbulkan kerugian baik materil maupun personil terhadap masyarakat pada daerah tersebut, dikarenakan gudang itu jauh dari pemukiman penduduk.
Dopuspal V terletak di Kampung Bojongkoneng, di jalan Cikutra, Bandung, sekitar 1 km sebelah timur Taman Makam Pahlawan Cikutra. Kawasan sekitar 400 hektar dan dikelilingi pagar kawat berduri itu meliputi perbukitan berhutan kecil tempat 44 gudang amunisi yang sudah diapkir disimpan. Formasi gudang itu, 32 di antaranya dibangun pada zaman Belanda, berbentuk tapal kuda, mengikuti bentuk bukit. Di pinggang bukit inilah gudang-gudang dibangun, di bawah tanah yang beratap beton.
Ledakan tersebut menurut sejumlah penduduk Mekar Saluyu, desa di perbukitan Ciburial yang berjarak beberapa ratus meter dari gudang yang meledak, dikatakan masih tergolong kecil dibanding ledakan yang pernah terjadi pada 1955 dan 1965. "Waktu ledakan pada bulan Maret 1965, dentuman terjadi terus-menerus selama dua hari satu malam," kata Unung, seorang petani Mekar Saluyu. Waktu itu semua rumah di Mekar Saluyu ambruk.
Meski ledakan yang terjadi pada tahun 1985 itu lebih kecil tapi lebih banyak menimbulkan korban. Atap beton gudang runtuh. Semua korban dalam keadaan menyedihkan. Bahkan sampai pukul 12 malam, belum semua korban ditemukan," kata narasumber, yang ikut menggali reruntuhan gudang dan mengumpulkan serpihan tubuh korban. "Untung, gudang yang sedang diisi itu cuma berisi seperempat bagian. Kalau berisi penuh, mah Kota Bandung bisa rusak," ujarnya lebih lanjut.
Peluru yang meledak itu kabarnya peluru jenis penangkis serangan udara. Sehari setelah ledakan, pada Kamis siang yang mendung, jenazah ke-18 korban dimakamkan di Persemayaman Pahlawan Negara, salah satu bagian dari TMP Cikutra. Sabtu pekan lalu, di Dopuspal V diselenggarakan upacara pemberian santunan kepada para keluarga korban.
"Kami menerima santunan uang sebesar satu juta rupiah. Selain itu anak kami dinaikkan pangkatnya dari 1A menjadi IB," kata orang tua salah satu korban. Kabarnya, semua korban termasuk anggota militer yang mendapat perlakuan sama, uang santunan dan kenaikan pangkat anumerta.
Ledakan gudang peluru di Bojong koneng ini menjadi yang ketiga dalam waktu enam bulan terakhir. Oktober 1985 gudang amunisi marinir di Cilandak, Jakarta, meledak dan menewaskan belasan orang. Sedangkan Januari 1985 ledakan juga terjadi di gudang amunisi TNI AU di Madiun namun tidak menimbulkan korban jiwa.
MYESHA FATINA RACHMAN | MAJALAH TEMPO
Pilihan Editor: 10 Fakta Ledakan Gudang Peluru Kodam Jaya di Ciangsara