TEMPO.CO, Jakarta - Faisal Basri menjadi salah satu ahli dari kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dalam sidang Persilihan Hasil Pemilihan Umum Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden atau PHPU Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK) hari ini.
Ekonom senior Universitas Indonesia (UI) itu bicara mulai dari pork barrel politics atau politik gentong babi, impor beras, Bantuan Langsung Tunai (BLT) hingga menyinggung sederet nama Menteri Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Berikut pernyataan Faisal Basri yang dikutip dari Tempo.
Pork barrel
Faisal awalnya memaparkan teori pork barrel atau politik gentong. Menurutnya, teori pork barrel berasal dari Amerika Serikat, tapi pelaksanaannya berbeda dengan di Indonesia.
Pork barrel di negeri Paman Sam itu berupa proyek-proyek mercusuar, seperti jembatan dan sebagainya. Sedangkan di Indonesia, kata Faisal, berupa sembako yang dibagikan lewat program bantuan sosial atau bansos.
"Pork barrel di negara-negara berkembang ini wujudnya berbeda karena pendapatannya masih rendah, angka kemiskinannya tinggi di Indonesia, penduduk miskin ekstrem, miskin, nyaris miskin, rentan miskin itu kira-kira hampir separuh dari penduduk," ujar Faisal dalam sidang di Gedung MK, Jakarta Pusat pada Senin, 1 April 2024.
Sedemikian parahnya, lanjut Faisal, bahkan Kementerian Dalam Negeri mengatakan akan mengikuti saran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk membuat aturan agar tidak ada bansos 2-3 bulan sebelum pemilihan kepala daerah atau Pilkada serentak. Menurut Faisal, aturan ini akan dibuat lewat peraturan daerah atau Perda.
"Pork barrel itu sebetulnya metafor dari menggelontorkan uang, celengan juga kan simbolnya biasanya babi gitu. Lebih parah di Indonesia tidak hanya gelontorkan uang, tapi juga mobilisasi pejabat sampai ke level bawah," ucap Faisal.