TEMPO.CO, Yogyakarta - Calon presiden nomor urut 03 Ganjar Pranowo bersilaturahmi dan menyapa ribuan santri di Pondok Pesantren An Nur Ngrukem, Sewon, Bantul, Kamis siang, 25 Januari 2024. Dalam kesempatan itu, Ganjar disambut para pengasuh pondok dan para santri yang tak henti mengelukan namanya serta meminta bersalaman.
Ganjar memotivasi para santri agar tetap bersemangat belajar meskipun hidup dalam kesederhanaan di pondok pesantren. Mantan Gubernur Jawa Tengah itu menuturkan ia pernah merasakan proses hidup saat benar-benar di bawah seperti orang susah pada umumnya.
"Apa saya pernah kelaparan ora duwe (tidak punya) duit? Pernah. Pernah jual bensin eceran? Pernah. Pernah ngojek? Pernah. Pernah jadi kernet? Pernah," ujar Ganjar.
"Dadi kulo golek duit nggo bayar kuliah salah satunya mulang pecinta alam teng SMA Sewon Bantul (jadi saya cari duit untuk bayar kuliah salah satunya dengan mengajar pecinta alam di SMA Sewon Bantul) ini," kata Ganjar.
Namun, menurut Ganjar, ia tak pernah menyesali kondisi hidupnya yang pas-pasan itu karena menyadari bahwa itu proses yang harus dilaluinya. Ia pun mengakui orang tuanya sudah berusaha maksimal sehingga keluarganya bisa bertahan dan membuatnya bisa menempuh pendidikan hingga sarjana.
"Jadi maksud saya, hidup itu perjuangan, bro, semua ada prosesnya, ada tingkatannya, ora ujug-ujug mlumpat (tidak tiba tiba melompat)," kata Ganjar.
"Urip kui ora iso instan (hidup itu tidak bisa instan), kecuali koe anake sopo (kecuali kamu anak siapa)," kata Ganjar lagi yang disambut riuh oleh santri.
Melihat para santri riuh, Ganjar pun menjelaskan kalimat soal kamu anak siapa yang ia maksud. "Maksudnya koe anake sopo ki seumpama jenengan putrane piantun sing kaya raya (seumpama anda anak orang kaya raya)," kata Ganjar.
Ganjar dalam kesempatan itu juga mengungkapkan sebenarnya ingin memberikan hadiah bagi para santri yang antusias mengikuti dialog bersamanya. "Saya biasanya kalau dialog dengan santri seperti ini bagi-bagi hadiah, ada handphone, laptop, sepeda, kamera, karena kalau sama santri saya senang, selalu bersemangat," kata dia.
"Tapi niku riyen (itu dulu), sekarang (masa kampanye) tidak boleh," kata Ganjar. Para santri pun riuh ingin tetap diberi hadiah.
"Sampean senenge melanggar aturan kok, kalau sudah aturan konstitusi tak boleh dilanggar," kata Ganjar berseloroh.
Ganjar bahkan sempat memanggil petugas panitia pengawas pemilu yang ada di lokasi. Ganjar menanyakan soal memberikan hadiah apakah politik uang atau tidak. Petugas panwaslu pun menggoyangkan tangannya tanda tak boleh. "Nah, itu, tidak boleh kan," kata Ganjar.
Dia mengatakan ketika niatnya memberi tetapi aturan tak membolehkan, maka jangan dipaksakan. "Aku jane ora pelit tapi ra entuk karo Bawaslu duit ya nduwe sanguni bojoku (saya sebenarnya tak pelit tapi tidak boleh sama Bawaslu, uang aku juga punya, tadi dikasih uang saku sama istri)," kata Ganjar disambut tawa para santri.
Dalam acara silaturahmi itu, Ganjar juga menyantap bubur merah putih bersama para santri. Ganjar tampak menyuapi para santri.
Pilihan Editor: Ganjar dan Mahfud Md Saksikan Drama Musuh Bebuyutan di Yogyakarta