TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini Universitas Gadjah Mada alias UGM berulang tahun ke-74. Universitas kenamaan ini didirikan di Bulaksumur, Yogyakarta pada 19 Desember 1949 silam. Nama UGM kerap disebut baru-baru ini setelah Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM UGM mendapuk Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai alumni paling memalukan.
BEM UGM memang acap menyampaikan kritikan kepada pemerintah, khususnya era Presiden Jokowi. Kritik ini disampaikan sebagai bentuk menjalankan peran lembaga eksekutif kampus lembaga eksekutif kampus. Sejak 2019, BEM UGM terbilang aktif menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap pemerintah.
1. Tuntut janji Jokowi pada 2019
BEM UGM bersama BEM Seluruh Indonesia atau BEM SI pernah turun jalan ke Jakarta, tepatnya di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin, 21 Oktober 2019, sehari setelah pelantikan Jokowi untuk periode kedua. Mereka jauh-jauh ke ibu kota untuk menagih janji Jokowi di era pemerintahan periode pertama 2014-2029.
Ketua BEM UGM periode 2019 Muhammad Atiatul Muqtadir alias di atas mobil komando. Fathur mengatakan Jokowi masih memiliki banyak janji dan agenda yang belum ditunaikan selama memimpin pada periode pertama. Salah satunya soal menuntaskan kasus pelanggaran HAM.
“Tahun 2014 lalu presiden kita berjanji menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM. Tapi bagaimana kabarnya hari ini, apa tertuntaskan? Tidak,” ujar Fathur di atas mobil komando.
Menurut Fathur, kehadiran mahasiswa dalam aksi hari itu ingin bertemu Jokowi. Mereka, lanjut dia, ingin menyampaikan aspirasi dan meminta presiden yang baru dilantik itu memenuhi janjinya semasa kampanye. Mereka tak ingin diingkari dua kali.
“Kami ingin menyampaikan bahwa kami tidak ingin dikhianati untuk kedua kalinya. Kami ingin Pak Jokowi dan Kiayi Ma’ruf Amin untuk menuntaskan janjinya,” kata Fathur. “Tidak boleh ada Novel Baswedan berikutnya. Tidak boleh ada Munir selanjutnya,” kata dia.
Selanjutnya: BEM UGM soroti politik dinasti Jokowi