TEMPO.CO, Jakarta - Jelang Debat Pilpres perdana, pasangan capres dan cawapres Prabowo-Gibran ramai dibicarakan publik usai istilah gemoy marak digunakan di media sosial.
Istilah gemoy tersebut mengarah atau diduga telah mengerek popularitas paslon ini dan dianggap sebagai gimik politik. Gemoy sendiri mengacu pada karakter Prabowo yang secara visual dianggap menggemaskan.
Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Cheryl Anelia Tanzil menjelaskan sebutan gemoy berarti menggemaskan untuk Prabowo Subianto merupakan julukan sayang dari para pendukungnya. Cheryl pun membantah jika julukan itu dianggap sebagai strategi kampanye yang diciptakan oleh tim sukses.
“Bagi generasi muda, Pak Prabowo muncul di ruang publik sebagai dirinya sendiri. Tampil beda dan apa adanya, yang mungkin tidak semua orang mengetahui sisi menggemaskannya itu," kata Cheryl dalam keterangan tertulis TKN di Jakarta pada Sabtu, 18 November 2023 lalu.
Cheryl juga menilai istilah gemoy dan santuy, yang berarti santai memang populer di kalangan Generasi Z (anak muda kelahiran 1997–2012) karena mereka bosan dengan sosok pemimpin yang berpura-pura. Para anak muda, yang nantinya juga menjadi pemilih dalam Pemilu 2024 menghendaki sosok pemimpin yang apa adanya.
Selain Cheryl, Juru Bicara TKN Prabowo-Gibran Rian Ernest juga mengatakan bahwa istilah gemoy muncul secara alamiah.
"Istilah ‘gemoy’ saya rasa terjadi secara alamiah ya, sebagai dinamika percakapan di sosial media," ucapnya saat dihubungi melalui pesan WhatsApp pada Senin, 27 November 2023.
Cheryl juga mengatakan jika Prabowo sejak dulu memiliki karakter yang humoris dan istilah gemoy tersebut bisa dibuat asyik dan gembira.
“Pemilih hari ini sekarang bosan dengan pemilu yang dibawa ke arah saling serang, saling tuding. Istilah gemoy dan santuy jadi oase bagi pemilih sekarang bahwa berpolitik ternyata bisa dibuat asyik dan gembira. Pak Prabowo ini sejak dulu suka humor dan suka berjoget, dan memang menjadi bagian dari persona beliau. Namun karena memang bukan sosok yang eksis di media sosial, bukan content creator, baru sekarang sisi ini dilihat oleh publik secara luas. Dan ini disambut baik oleh para pemilih,” ujar Cheryl.
Di lain sisi, istilah gemoy semacam itu dinilai sebagai salah satu bentuk gimik politik dan marak terjadi di masa kampanye sebelum Pemilu. Salah satu yang mengkritik yakni juru bicara Timnas Anies-Muhaimin, Surya Tjandra.
Surya menilai kampanye gimik semacam itu sangat berbahaya lantaran memanipulasi kondisi yang sebenarnya. Menurutnya, banyak anak muda yang masih melihat citra para paslon hanya di permukaan. Sementara, Ganjar Pranowo tak mempersoalkan gimik yang ditampilkan capres dan cawapres, termasuk gimik gemoy yang kerap dinarasikan pendukung Prabowo Subianto.
"Saya menghormati gimik orang tapi anak-anak muda mesti diedukasi," kata Ganjar di Kantor PWI Pusat, Jakarta pada Kamis, 30 November 2023.
Arti Kata Gimik Menurut Teori: Gerak-gerik Tipu Daya?
Menurut KBBI, gimik berarti gerak-gerik tipu daya aktor untuk mengelabui lawan peran. Hal tersebut merujuk pada dunia seni peran atau seni teater yang memang sering menggunakan istilah gimik. Namun, gimmick menurut kamus Merriam-Webster juga diartikan sebagai menarik perhatian dan tipu muslihat.
Selain itu, pengertian gimmick pada kamus Cambridge dengan laman dictionary.cambridge.org, menyebut bahwa gimmick merupakan sesuatu yang tidak serius atau tidak memiliki nilai sebenarnya dan digunakan untuk menarik perhatian orang atau ketertarikan sementara, khususnya untuk membeli sesuatu.
Di lain sisi, istilah gimmick justru erat kaitannya dengan kapitalisme. Dilansir dari laman Harvard University Press, gimmick merupakan bentuk yang dapat ditemukan hampir di semua tempat dalam kapitalisme. Istilah ini dapat muncul dalam banyak bentuk, seperti sebuah musik, strategi keuangan, striptis, dan sebuah ide novel bahkan di dunia politik sekalipun.
Menurut Teori Ngai, dalam buku ketiganya, Theory of the Gimmick: Aesthetic Judgment and Capitalist Form, Ngai menggali lebih jauh pemikirannya yang sudah lama ada. Pertama, landasan ekonomi dari penilaian estetika. Lalu, yang kedua yakni cara penilaian afektif dimasukkan ke dalam nomenklatur. Contohnya ketika Anda menyebut seseorang “keren,” Anda menunjukkan kekaguman yang acuh tak acuh.
Bagi Ngai, tugas kritikus adalah menyindir keduanya, sehingga memperjelas apa yang membuat seseorang keren. Hal tersebut akan dikaburkan dalam penilaian yang dibuang. Meskipun subjek Theory of the Gimmick kadang-kadang tidak sesuai dan ada lebih dari sedikit transvaluasi maupun reifikasi, maka hal ini menandai puncak dari karya Ngai sebagai seorang kritikus.
MUTIARA ROUDHATUL JANNAH | ADIL AL HASAN | HAN REVANDA PUTRA
Pilihan editor: Andika Perkasa Bilang Ada Banyak Tim untuk Melatih Debat Ganjar Mahfud