TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Komunikasi Politik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Fikri Disyacitta, mengatakan penggunaan gimik dalam kampanye politik efektif untuk menarik perhatian Gen Z. Lebih lanjut, saat dihubungi Tempo.co melalui WhatsApp pada Sabtu, 2 Desember 2023, Fikri menjelaskan bahwa penggunaan gimik seperti tren ilustrasi AI Disney, penggunaan istilah gaul, dan meme mendapatkan respon suka atau like yang cukup banyak di berbagai platform media sosial.
Namun demikian, Fikri juga mengingatkan bahwa penggunaan gimik politik yang berlebihan dalam kampanye politik memiliki risiko tersendiri terhadap Gen Z, yang saat ini menurutnya sudah tidak lagi menjadi pemilih ideologis. Dengan penggunaan gimik berlebihan dalam kampanye politik, hal tersebut akan mendorong Gen Z untuk lebih memilih paslon yang viral daripada yang mampu mengajukan visi misinya secara realistis dan feasible atau dapat dilakukan.
“Namun perlu digarisbawahi, bahwa penggunaan gimik berlebihan dalam kampanye politik itu sifatnya tidak sehat. Kan kita tahu bahwa saat ini Gen Z tidak dapat digolongkan sebagai pemilih ideologis, jadi penggunaan gimik yang berlebihan akan mendorong Gen Z untuk memilih hanya berdasarkan yang viral saja. Padahal masih ada beberapa aspek yang dipertimbangkan, termasuk visi misi yang diajukan itu sifatnya realistis dan feasible atau tidak,” ujar Fikri.
Pada sisi lain, menurut Fikri, politis telah memiliki kesadaran mengenai peluang penggunaan gimik dalam kampanye politik. Dengan terbangunnya kesadaran tersebut, masih menurut Dosen Komunikasi Politik UNY tersebut, saat ini banyak kampanye yang dilakukan baik oleh paslon maupun juru kampanye kerap membawa isu Gen Z sebagai penentu masa depan bangsa.
“Meskipun memang dapat dibilang efektif, tetapi sayangnya kampanye yang dilakukan saat ini jarang yang ranahnya serius dengan melibatkan Gen Z secara langsung,” ujar Fikri.
Respons Terhadap Gimik
Dalam kesempatan yang lain, calon presiden nomor urut 3, yakni Ganjar Pranowo mengungkapkan hal yang secara garis besar sama dengan Fikri. Menurut Ganjar, anak muda mesti diberikan edukasi politik, tetapi masih tetap menghargai penggunaan gimik dari pasangan lain.
“Boleh pakai gimik, tapi jangan menghilangkan substansi,” kata Ganjar usai dialog Dialog Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Ganjar di Gedung Dewan Pers, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 30 November 2023.
Lebih lanjut, Ganjar mengutip pernyataan Oki Madasari yang menyebut bahwa anak muda tersinggung dengan penggunaan gimik politik. Oleh karena itu, menurut Ganjar, anak muda harusnya diberikan pencerdasan, edukasi politik, yang asalnya dari program pasangan calon masing-masing.
“Ketika saya ketemu anak muda tidak semua anak muda suka gimik kok. Mereka pengen, ekonomi kreatif yang saya punyai Anda bisa fasilitasi tidak ya? Apakah kemudian Anda bisa hadirkan lebih creative hub untuk saya enggak ya? Apakah IP yang saya miliki bisa dijaminkan bank apa enggak? Itu anak muda,” ujar mantan Gubernur Jawa Tengah itu.
RENO EZA MAHENDRA MAGANG | ADIL AL HASAN
Pilihan Editor: Dosen Komunikasi Politik UNY: Gimik Politik Tak Lebih untuk Political Branding