TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Yohanis Fransiskus Lema, mengkritik proses Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang menjadi cawapres Prabowo Subianto sebagai perwakilan anak muda di kancah politik nasional.
Berbicara peran anak muda, Yohanis mengatakan, ada banyak anak muda yang menjadi anggota legislatif, kepala daerah, bahkan menteri.
"Artinya anak muda selama ini mendapatkan ruang di Republik ini," kata Yohanis, di Jalan Raya Jagakarsa Nomor 39, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu, 11 November 2023.
Yohanis mencontohkan, Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo ditunjuk sebagai menteri berusia 32. Selain itu, kata dia, Indonesia didirikan atas peran anak muda dalam berbagai peristiwa. Di antaranya berdiri Boedi Oetomo pada 1908, yang dikenal sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Sumpah Pemuda, pada 1928.
Berikutnya, pada 1945, Indonesia merdeka digagas anak muda. "Yang memerdekakan Indonesia Bung Karno dan Bung Hatta, iya kan?" kata dia. Hingga Reformasi 1998 adalah gerakan anak muda. Namun, jika dilihat rekam jejak, gerakan pemuda muncul akibat penjajahan dan represi Orde Baru.
"Bukan anak muda yang mendapatkan privilese. Bukan anak muda yang mau muncul konstitusi diubah. Lalu dipolitisasi, dicari justifikasi dan legitimasi bahwa ini kebangkitan anak muda, helo...," tutur Ansy, panggilan Yohanis, anggota juru bicara Tim Kampanye Pemenangan Ganjar Pranowo dan Mahfud Md.
Menurut anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat itu, pengalaman publik tentang kebangkitan anak muda itu harus diluruskan. Dia mengaku menghargai proses hukum yang berjalan di Mahkamah Konstitusi.
Namun, dia bertutur, publik sangat terganggu ketika keputusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi memutuskan terjadi pelanggaran etik berat dalam putusan Nomor 90 Tahun 2023. Akhirnya, MKMK memberhentikan Anwar Usman sebagai Ketua MK. "Ini kan MKMK sudah bicara...," ujar dia.
Anwar Usman adalah Ipar Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Dia juga paman Gibran. Putusan nomor 90 itu dianggap manuver Anwar di MK untuk meloloskan Wali Kota Surakarta itu sebagai cawapres Prabowo Subianto. Seusai keputusan itu, Gibran langsung disodorkan Partai Golkar sebagai pasangan Prabowo, Ketua Umum Partai Gerindra.
Anggota Tim Kampanye Nasional Pemenangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, Eddy Soeparno, mengatakan bahwa anak muda diberi kesempatan dan ada rekam jejak soal keterlibatan anak muda. "Anak-anak muda yang sekarang duduk sebagai legislator tidak punya previlese apa pun. Semua bertarung dan akhirnya jadi," kata dia.
Perihal kritik dari Yohanis tersebut tentang Gibran itu, Eddy mengatakan biarkan masyarakat yang menilai. "Kita berkewajiban sebagai insan politik, dan berasal dari partai politik untuk memberikan edukasi kepada masyarakat," ujar dia. "Jangan sampai kita terlihat sebagai sesama politikus, di depan publik berargumentasi agitatif."
Menanggapi proses pencalonan Gibran, Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) itu justru berdalih bahwa masyarakat tidak ingin melihat para elit politik saling ribut. "Kalau kalian kerjanya ribut aja, kapan ada waktu ngurusin kita," ucap dia.
Pilihan Editor: Bertubi-tubi Kritik Ganjar Pranowo untuk Pemerintahan Jokowi, Bukan Hanya Soal Food Estate dan Hilirisasi