TEMPO Interaktif, Surakarta: Komite Museum Radya Pustaka Surakarta kembali menemukan barang baru di antara koleksi benda kuno yang dimilikinya. Barang baru tersebut berupa delapan buah wayang kulit yang diperkirakan hasil buatan tahun 1980. Padahal koleksi wayang kulit lain rata-rata dibuat pada tahun 1890, pada masa pemerintahan Paku Buwana X. Namun pihak komite belum dapat menyimpulkan bahwa terdapat upaya pemalsuan terhadap koleksi kuno milik museum.
“Kita akan melakukan cek dan ricek dengan daftar inventaris,” kata Sekretaris Komite Museum Radya Pustaka, Djoko Darjata kepada Tempo. Adanya wayang kulit buatan baru tersebut ditemukan ketika komite melakukan kegiatan ngisis (mengangin-anginkan) wayang kulit koleksinya.
Menurut Djoko, selama ini wayang kulit yang terdapat di museum hanya dipajang di dalam lemari kaca tanpa pernah dikeluarkan. “Padahal seharusnya sebulan sekali dikeluarkan agar tidak lembab dan lapuk,” kata Djoko. Pada waktu dikeluarkan pada Sabtu (30/05) tersebut barulah pihak komite menemukan adanya delapan wayang kulit baru diantara sekitar 200 wayang kulit yang dimiliki museum. Pihak komite museum juga mengundang beberapa ahli wayang kulit untuk memastikan bahwa beberapa wayang yang diketemukan memang bukan merupakan wayang kuno.
Djoko menduga, ada pihak-pihak tertentu yang menukar koleksi asli dengan wayang baru tersebut. “Wayang baru yang kita temukan semuanya berada di barisan depan dari wayang yang dijajarkan,” katanya. Hanya saja, dirinya mengatakan bahwa dugaannya belum tentu benar. “Kepastiannya menunggu hasil cek dan ricek daftar inventaris,” katanya.
Delapan wayang kulit baru tersebut secara rinci adalah Dewi Kunthi dan Sembadra masing-masing dua buah, Srikandi, Putren Srambahan, Pregiwati dan Banowati. “Semuanya merupakan tokoh wayang wanita,” kata Djoko.
Sementara itu, salah satu ahli wayang yang diundang oleh pihak komite, Sutardi memastikan bahwa delapan wayang tersebut dipastikan merupakan barang baru. “Dari cara pewarnaannya dapat dipastikan jika wayang tersebut buatan sekitar tahun 1980,” kata Sutardi.
Dirinya menambahkan, dari teknik tatah sunggingnya, dirinya memastikan bahwa wayang baru tersebut dibuat oleh perajin di sekitar Surakarta. “Tepatnya gaya Klaten,” katanya. Menurutnya, masing-masing daerah memiliki cirri khas dalam menatah wayang.
AHMAD RAFIQ