TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD menyatakan bakal menjemput dan mengajak para eksil politik di Eropa kembali ke Indonesia. Mereka terusir dari Indonesia akibat peristiwa politik pada tahun 1965.
"Saya akan mengunjungi beberapa negara Eropa, (jemput) siapa yang mau pulang," kata Mahfud dalam Raker Komite 1 DPD RI, Selasa, 4 Juli 2023.
Mahfud menyebut para WNI yang terusir dan menjadi eksil itu tidak bersalah dan kewarganegaraan mereka dicabut tanpa melalui pengadilan terlebih dahulu. Mereka rata-rata tertahan di negara lain saat sedang menempuh pendidikan tinggi atas beasiswa dari pemerintahan Presiden Soekarno.
Usai kehilangan status sebagai WNI, para eksil itu harus bertahan hidup bertahun-tahun hidup di luar negeri. Mereka kemudian mendapat suaka, bekerja, dan berkeluarga di luar negeri.
Para eksil masih cinta dengan tanah air
Menurut Mahfud, ada yang tertahan di luar negeri sejak usia 23 tahun hingga usia 82 tahun di luar negeri. Mahfud menyebut para eksil ada yang ingin kembali ke Indonesia dan diakui kewarganegaraanya.
Namun, ia menyebut ada eksil yang tidak mau pulang ke Indonesia karena sudah memiliki kehidupan di luar negeri.
"Mereka hanya ingin kebanggaan terhadap negeri ini, rasa cinta kami terhadap tanah air ini, merasa dikembalikan oleh negara dengan adanya ini, masa Bapak enggak setuju? Masa ini dianggap tidak ada hukumnya?" kata Mahfud.
Sebelumnya, Mahfud sempat mengungkapkan bahwa terdapat 136 orang eksil yang berada di luar negeri. Mereka merupakan korban pemberontakan G30S di tahun 1965-1966, kerusuhan 1998, dan peristiwa Simpang KKA.
Para eksil itu tersebar di negara-negara seperti Belanda, Rusia, Ceko, Swedia, Slovenia, Albania, Bulgaria, Suriah, Inggris, Jerman, hingga Malaysia.
M JULNIS FIRMANSYAH
Pilihan Editor: Jokowi Tawarkan KITAS Kepada 2 Mahasiswa yang Dicabut Kewarganegaraannya Akibat Peristiwa G30S