TEMPO.CO, Jakarta - Nama Gubernur Jawa Timur sekaligus Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama Khofifah Indar Parawansa masuk dalam bursa bakal calon wakil presiden Anies Baswedan. Walau pun dalam berbagai kesempatan Khofifah enggan berkomentar tentang peluangnya sebagai bacawapres, namun sebagai kepala daerah dengan tingkat populasi penduduk yang besar, nama perempuan kelahiran Surabaya 19 Mei 1965 itu tetap layak diperhitungkan.
Terlebih Khofifah telah empat periode memimpin Muslimat, sayap organisasi perempuan NU dengan anggota 32 juta orang dan diyakini solid. Belakangan nama putri mantan presiden Abdurrahman Wahid, Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny Wahid) menyeruak ke permukaan dan berpeluang sebagai bacawapres Anies. Ia mendapat apresiasi dari Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali.
Sekjen Partai Keadilan Sejahtera Aboe Bakar al-Habsyi mengatakan siapa pun bisa masuk dalam bursa bacawapres Anies, termasuk Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dan politikus senior PKS Hidayat Nur Wahid. Namun semua berpulang pada Anies yang rencananya akan mengumumkan bacawapresnya sepulang ibadah haji.
"Sebentar lagi, pulang Anies kami rapikan," kata Aboe Bakar di DPP PKS, Jakarta Selatan, Sabtu, 1 Juli 2023.
Soal nama bakal cawapres, Aboe juga masih merahasiakannya dan menyebut masih berada di kantong Anies Baswedan. "Nanti diumumkan pada waktunya. Udah ada di kantong (Anies Baswedan)," kata Aboe.
Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Hotman Siahaan menilai sulit bagi Khofifah dan Yenny dipilih Anies karena keduanya tidak punya partai politik. Selain itu, walau pun nama mereka mengakar di kalangan Nahdliyin dan Nahdliyat, namun keterkenalan itu bukan jaminan. Hotman mencontohkan ketika Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi sebagai cawapres Megawati Soekarnoputri di Pemilu Presiden 2004 dan kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono serta Jusuf Kalla.
Ditambah lagi, kata Hotman, Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf telah mengatakan bahwa NU tidak ikut politik praktis. Di sisi lain Partai Kebangkitan Bangsa yang secara historis dekat dengan NU telah menyatakan mengusung Muhaimin Iskandar sebagai capres atau pun cawapres. “Menurut saya peluang Khofifah dan Yenny sulit. Khofifah sendiri kan pernah bilang ingin tetap di Jawa Timur,” ujar Hotman saat dihubungi.
Hotman mengatakan cawapres tidak modal nol. Namun ia harus mampu mengangkat elektabilitas capresnya. Adapun dalam berbagai survei bacawapres, elektabilitas Khofifah dan Yenny Wahid rendah. Selain itu, menurut Hotman, persoalan permodalan atau logistik politik juga faktor yang tak kalah penting. “Saya melihat saat ini masih sulit. Tarik ulur bacawapres ini masih kuat,” tutur Hotman.
ADE RIDWAN
Pilihan Editor: Bertemu Anies Baswedan di Mekkah, Puan Maharani: Silaturahmi Harus Selalu Dijaga